PenaRagam

HJKB 212, Sekda Bacakan Sejarah Kota Bandung

×

HJKB 212, Sekda Bacakan Sejarah Kota Bandung

Sebarkan artikel ini
HJKB 212, Sekda Bacakan Sejarah Kota Bandung
Memperingati Hari Jadi ke-212 Kota Bandung, Sekretaris Daerah Kota Bandung membacakan sejarah singkat Kota Bandung. Minggu 25 September 2022

PenaKu.IDSekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung membacakan sejarah singkat Kota Bandung memperingati Hari Jadi ke-212 Kota Bandung (HJKB),

Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, Bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal ibukota baru.

Mula-mula Bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampung Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang).

“Bupati memimpin sejumlah rakyatnya, termasuk penduduk Kampung Balubur Hilir, membuka hutan pada lahan bakal ibukota (daerah Cikapundung hilir),” ungkapnya di Ruang Rapat Paripurna DPRD Kota bandung, Minggu 25 September 2022.

Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu dipimpin langsung oleh Bupati.

Dengan kata lain Bupati R.A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (The Founding Father) Kota Bandung.

“Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri,” katanya.

Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama Tumenggung Wirangunangun.

Ia memerintah Kabupaten Bandung beribu kota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot), kira-kira 11 kilometer ke arah selatan dari pusat Kota Bandung sekarang. Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati ke-6, yakni R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijiluki “Dalem Kaum”, kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni kepada Pemerintah Hindia Belanda, dengan Gubernur Jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811).

Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Ema mengatakan Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Poshweg) dari Anyer di ujung Jawa Barat ke Panarukan di ujung Jawa Timur (± 1000 kilometer).

Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.

Di daerah Bandung, ia menambahkan khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya Pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada.

Di daerah Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jendral Sudirman – Jalan Asia Afrika – Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati.

Daendels melalui Surat Tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari) mendekati Jalan Raya Pos.

Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.

Ia mengatakan, tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat Kota Bandung sekarang).

Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai pusat pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.

“Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, Bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal ibukota baru. Mula-mula Bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampung Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang),” bebernya.

Ema menerangkan bahwa Bupati memimpin sejumlah rakyatnya, termasuk penduduk Kampung Balubur Hilir, membuka hutan pada lahan bakal ibukota (daerah Cikapundung hilir). Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun.

Akan tetapi, Kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu dipimpin langsung oleh Bupati. Dengan kata lain Bupati R.A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (The Founding Father) Kota Bandung.

“Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan besluit (surat kelulusan) Tanggal 25 September 1810. Hal ini berarti, selama belum ditemukan sumber lain yang menunjukan fakta lebih akurat mengenai berdirinya Kota Bandung, maka tanggal 25 September 1810 dapat dipertanggungjawabkan validitasnya sebagai “Hari Jadi Kota Bandung,” kata Ema.

Sekda Kota Bandung: Saya sampaikan surat ke pemerintah provinsi pembangunan harus berdasarkan kebutuhan

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memastikan akan terus mengakselerasi pembangunan. Hal itu merupakan upaya untuk menyejahterakan warga Kota Bandung.

Pemkot Bandung terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi agar pembangunan berjalan dengan lancar.

“Saya sampaikan surat ke pemerintah provinsi untuk menjadi atensi utama. Karena itu pembangunan idealnya harus berdasarkan kebutuhan. Jadi kita dorong sambil percepat dengan jajaran pemerintah pusat mengenai Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR), dari gerbang tol Pasteur sampai Cibiru,” kata Ema Sumarna di Kantor DPRD Kota Bandung, Minggu 25 September 2022.

Untuk itu juga, Pemkot Bandung terus mendorong kepada pemerintah pusat agar gerbang tol KM 149 di kawasan Sumarecon bisa segera beroperasi.

“Kita dorong KM 149 sekarang baru di Summarecon. Kita ingin interchage ke Gedebage dengan jalan Soekarno Hatta. Saya pikir itu jauh lebih memberikan manfaat karena pengurangan tekanan kawasan timur seperti gerbang tol Buah Batu. Sehingga kebutuhan masyarakat Bandung timur bisa terselenggara, ” bebernya.

“Kita intens komunikasi dengan provinsi, saya juga diberikan waktu untuk bertemu Gubernur (Jawa Barat) hingga Kemenkomarvest. Intinya masyarkat tidak melihat level pemeintahan, tapi kebutuhan segera diakomodir,” imbuh Ema.

**Dws

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *