Tutup
PenaEkonomi

Harga Pangan Fluktuatif: Beras dan Bawang Naik, Daging Sapi dan Ikan Kembung Turun

×

Harga Pangan Fluktuatif: Beras dan Bawang Naik, Daging Sapi dan Ikan Kembung Turun

Sebarkan artikel ini
Harga Pangan Fluktuatif: Beras dan Bawang Naik, Daging Sapi dan Ikan Kembung Turun
Harga Pangan Fluktuatif/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Pada Selasa 12 November 2024, Badan Pangan Nasional (Bapanas) merilis data terbaru tentang harga pangan di Indonesia yang menunjukkan adanya fluktuasi harga di berbagai jenis bahan pangan.

Kenaikan dan penurunan harga pangan ini mencerminkan kondisi pasokan dan permintaan di pasar serta berbagai faktor eksternal yang memengaruhi ketersediaan komoditas.

Mari kita ulas beberapa perubahan harga pangan yang tercatat pada data Panel Harga Bapanas.

Harga beras, yang merupakan salah satu bahan pokok utama, mengalami kenaikan baik untuk jenis premium maupun medium.

Berdasarkan data Bapanas, harga beras premium naik sebesar 0,26 persen atau sekitar Rp40, sehingga menjadi Rp15.490 per kilogram.

Beras medium juga naik 0,22 persen atau Rp30 menjadi Rp13.540 per kilogram. Selain itu, harga beras SPHP (Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan) Bulog naik 0,40 persen atau Rp50 menjadi Rp12.610 per kilogram.

Kenaikan harga beras ini diperkirakan karena tingginya permintaan, sementara produksi mengalami kendala.

Perubahan musim dan kondisi cuaca yang tidak menentu bisa saja mempengaruhi hasil panen padi dan berdampak pada pasokan beras di pasar.

Selain beras, komoditas bawang merah dan bawang putih bonggol juga mengalami kenaikan.

Harga bawang merah naik 1,71 persen atau Rp610 menjadi Rp36.370 per kilogram, sedangkan bawang putih bonggol naik 1,68 persen atau Rp680 menjadi Rp41.180 per kilogram.

Kenaikan harga bawang ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya permintaan di pasar domestik serta pasokan yang sedikit terhambat.

Di sisi lain, harga beberapa komoditas lainnya justru mengalami penurunan, termasuk daging sapi murni yang turun sebesar 3,35 persen atau Rp4.520, sehingga menjadi Rp130.350 per kilogram.

Penurunan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti penurunan permintaan atau peningkatan pasokan di pasar.

Selain daging sapi, harga cabai merah keriting juga mengalami penurunan sebesar 3,86 persen atau Rp1.110, menjadi Rp27.670 per kilogram.

Minyak goreng curah turun 1,13 persen atau Rp190, menjadi Rp16.610 per kilogram, dan ikan kembung turun 1,51 persen atau Rp560 menjadi Rp36.510 per kilogram.

Penurunan harga ini mungkin disebabkan oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi di pasar dan berkurangnya permintaan dari konsumen.

Harga Pangan Naik

Daging ayam ras naik 1,38 persen atau Rp500 menjadi Rp36.740 per kilogram, telur ayam ras naik 1,54 persen atau Rp440 menjadi Rp28.290 per kilogram, kedelai biji kering (impor) naik 1,61 persen atau Rp170 menjadi Rp10.730 per kilogram, gula konsumsi naik 0,84 persen atau Rp150 menjadi Rp18.100 per kilogram, dan harga jagung di tingkat peternak naik signifikan sebesar 5,35 persen atau Rp320 menjadi Rp6.300 per kilogram.

Harga Pangan Turun

Tepung terigu curah turun 0,69 persen atau Rp70 menjadi Rp10.080 per kilogram, tepung terigu non-curah turun 1,22 persen atau Rp160 menjadi Rp12.960 per kilogram, garam halus beryodium turun 1,21 persen atau Rp140 menjadi Rp11.390 per kilogram, dan ikan bandeng turun 2,73 persen atau Rp910 menjadi Rp32.400 per kilogram.

Fluktuasi harga pangan memiliki dampak yang signifikan, baik bagi konsumen maupun produsen.

Kenaikan harga pada bahan-bahan pokok seperti beras dan bawang dapat membebani konsumen, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang mengandalkan bahan-bahan ini sebagai kebutuhan sehari-hari.

Di sisi lain, produsen atau petani bisa mendapat keuntungan dari kenaikan harga jika mereka memiliki pasokan yang cukup untuk dijual.

Sebaliknya, penurunan harga pada beberapa komoditas seperti daging sapi dan minyak goreng dapat memberikan keuntungan bagi konsumen karena dapat menekan pengeluaran harian.

Namun, bagi produsen, penurunan harga yang terlalu tajam bisa menyebabkan kerugian, terutama jika biaya produksi masih tinggi.

**