Ekonomi

Harga Minyak Tertekan Sinyal Damai Rusia-Ukraina dan Kekuatan Dolar

Harga Minyak Tertekan Sinyal Damai Rusia-Ukraina dan Kekuatan Dolar
Harga Minyak Tertekan Sinyal Damai Rusia-Ukraina dan Kekuatan Dolar/(pixabay)

PenaKu.ID – Harga minyak dunia kembali melemah pada perdagangan Jumat (21/11/2025), memperpanjang tren koreksi mingguan. Harga Brent turun ke US$62,70 per barel dan WTI melemah ke US$58,29 per barel. Penurunan ini didorong oleh dua faktor utama: meningkatnya kekhawatiran pasokan global dan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).

Pasar bereaksi bearish terhadap kabar bahwa Washington secara aktif mendorong proposal perdamaian untuk mengakhiri konflik tiga tahun antara Rusia dan Ukraina. Potensi damai ini dikhawatirkan akan memicu banjir tambahan pasokan minyak ke pasar, sehingga menghilangkan premi risiko geopolitik yang selama ini menjadi penopang harga komoditas energi. Investor menilai, meskipun sanksi terhadap produsen minyak Rusia mulai berlaku, dampaknya akan bersifat sementara jika kesepakatan damai tercapai, memungkinkan Rusia untuk meningkatkan penjualan kembali.

Over-Supply dan Premis Risiko Geopolitik pada Harga Minyak

Analisis pasar menyoroti bahwa peluang damai, sekecil apa pun, sudah cukup untuk menggerus harga karena pasar mulai menghilangkan faktor premi risiko yang melekat pada konflik. Selama Ukraina belum secara resmi menolak proposal AS, sentimen pasar cenderung melihat potensi kesepakatan sebagai faktor negatif bagi harga minyak mentah (crude).

Narasi oversupply atau kelebihan pasokan kembali mengemuka, menenggelamkan isu sanksi. Dengan potensi hilangnya ketegangan geopolitik, fokus beralih ke fundamental pasokan-permintaan global, yang saat ini menunjukkan tekanan.

Pengaruh Dolar AS dan Kebijakan The Fed dalam Harga Minyak

Tekanan lain datang dari sisi makro global, yaitu penguatan dolar AS. Dolar tercatat menuju kinerja mingguan terbaik dalam lebih dari sebulan. Dolar yang kuat secara historis membuat harga komoditas, termasuk minyak, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga secara alami menekan permintaan.

Penguatan dolar ini dipicu oleh keyakinan pasar yang meningkat bahwa Federal Reserve (The Fed) belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS memicu sentimen risk-off global, mengurangi selera investor terhadap aset berisiko seperti komoditas. Kombinasi prospek damai Rusia-Ukraina, potensi kelebihan pasokan, dan penguatan dolar membuat harga minyak sulit untuk rebound dalam jangka pendek.**

Exit mobile version