PenaKu.ID – Penurunan harga minyak mentah dunia pada Jumat (28/2/2025) menjadi sorotan pasar energi global.
Di tengah berbagai faktor geopolitik dan kebijakan tarif yang terus bergulir, harga minyak menunjukkan tren penurunan yang menarik perhatian pelaku pasar dan investor.
Kontrak berjangka Brent ditutup di level US$ 73,18 per barel, turun 86 sen atau 1,16%, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di level US$ 69,76 per barel, melemah 59 sen atau 0,84%.
Faktor Eksternal Pengaruh Harga Minyak Mentah Dunia
Sebelum penurunan harga minyak mentah dunia terjadi, minyak mentah sempat menguat. Namun, ketegangan yang terjadi di Gedung Oval antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, memberikan tekanan pada pasar.
Dalam pertemuan tersebut, perbedaan pandangan terkait potensi kesepakatan gencatan senjata dalam konflik Rusia-Ukraina turut memberikan dampak negatif pada sentimen pasar.
Beberapa analis menyebutkan bahwa perdebatan ini memberi keuntungan kepada Rusia dengan potensi peningkatan pasokan minyak ke pasar global.
Selain itu, kebijakan tarif baru dari Washington turut memicu kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi global.
Pengumuman tarif tambahan sebesar 25% untuk impor barang dari Meksiko dan Kanada serta 10% untuk impor dari Tiongkok diperkirakan akan berdampak pada permintaan minyak mentah.
Kondisi ini diikuti oleh pernyataan dari beberapa analis yang memperingatkan bahwa perang tarif bisa memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
Dampak Kebijakan Harga Minyak Mentah Dunia
Di sisi lain, pasar minyak juga mencermati langkah Irak untuk melanjutkan ekspor minyak dari wilayah semi-otonom Kurdistan melalui pipa minyak Irak-Turki.
Meskipun Irak berencana meningkatkan ekspor hingga 185.000 barel per hari, terdapat kekhawatiran dari delapan perusahaan minyak internasional yang masih menunggu kepastian perjanjian komersial dan jaminan pembayaran.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai kepatuhan Irak terhadap kuota produksi yang telah ditetapkan oleh OPEC+.
Keputusan OPEC+ untuk menaikkan atau menunda peningkatan produksi juga menjadi fokus. Jika penundaan terjadi, harga minyak berpotensi melonjak lebih tinggi di masa depan.
Sementara itu, ketidakpastian geopolitik dan kebijakan tarif dari pemerintahan Trump semakin menambah dinamika pasar energi yang sudah kompleks.
Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News
**