Tutup
PenaEkonomi

Harga Cabai Alami Penurunan, Kadisdagin: Stok Banyak, Daya Beli Masyarakat Masih Rendah

×

Harga Cabai Alami Penurunan, Kadisdagin: Stok Banyak, Daya Beli Masyarakat Masih Rendah

Sebarkan artikel ini
20200903 171314
20200903 171314
Ilustrasi harga cabai (tokopedia)

PenaKu.ID – Harga cabai merah tanjung dan cabai rawit merah mengalami penurunan harga. Pantauan penurunan harga tersebut terjadi di beberapa pasar tradisional di kota Bandung.

Menurut Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengembangan E-Commerce Disdagin Kota Bandung, Meiwan Kartiwa mengatakan, pada minggu pertama dan ke dua bulan Agustus 2020, cabai merah tanjung masih berada di kisaran harga Rp40,000,- per kilogram. Sedangkan untuk cabai rawit merah di kisaran Rp36,000,- /kg s/d Rp38,000,- /kg.

“Memasuki minggu ketiga dan kempat Agustus, cabe merah tanjung di kisaran Rp26 ribuan per kg. Cabe rawit merah juga turun menjadi Rp27 ribuan per kg di minggu ketiga Agustus dan masih stabil sampai sekarang,” kepada awak media, Kamis (03/9), seperti dikutip Siberindo.

Bukan hanya harga cabai, Meiwan menyebut, penurunan harga juga terjadi untuk jenis sayur mayur lainnya. Meski tidak sampai anjlok seperti harga cabai merah tanjung dan cabai rawit merah.

Untuk harga tomat, saat ini, kata Meiwan berada di kisaran Rp8 ribuan per kg. Padahal biasanya, ungkap Meiwan, berkisar Rp15 ribuan per kg. Kentang berkisar Rp14-15 ribuan per kg dari biasanya Rp18 ribuan per kg.

Terpantau untuk harga wortel yang biasanya Rp20 ribuan per kg kini menjadi Rp10-12 ribuan per kg. Timun yang biasanya Rp12 ribuan per kg menjadi Rp7-8 ribu per kg.

“Harga kol juga turun,” terangnya.

Kisaran harga tersebut, lanjut Meiwan, hasil pemantauan di 8 pasar tradisional di Kota Bandung. Mulai dari  Pasar Sederhana, Kiaracondong, Kosambi, Ancol, Palasari, Cihaurgeulis, hingga Pasar Baru.

“Untuk komoditas lainnya seperti beras, cabe, bawang, daging, minyak goreng, telur, gula tepung, dan ikan cenderung relatif masih stabil. Sekali pun ada fluktuasi harga masih tidak terlalu jauh,” ujarnya.

Meiwan mengungkapkan, penurunan harga ini diduga akibat stok barang yang cukup banyak, lantaran sudah memasuki masa panen. Di sisi lain, daya beli masyarakat juga masih belum begitu tinggi.

“Daya beli masyarakat itu sekarang masih menahan dan tidak jor-joran karena masih pandemi. Tetapi sayur mayur juga suplainya melimpah karena masuk masa panen. Itu yang menyebabkan harga menurun,” katanya.

“Bahkan ada beberapa petani yang membiarkan hasil panennya daripada dijual tetapi ongkos angkut dan sebagainya juga lebih mahal,” bebernya.

Selain itu, Meiwan menuturkan, di tengah pandemi Covid-19 ini setidaknya juga turut mempengaruhi pola berbelanja langsung ke pasar ataupun kebutuhan bahan baku dari sektor penjualan kuliner.

“Mungkin sekarang juga tidak semua rumah makan, hotel atau penjual lainnya belum normal. Jadi pembeliannya masih belum banyak,” kata Meiwan.



Source: Siberindo