PenaKu.ID – Alergi ikan adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein yang terkandung dalam ikan.
Reaksi alergi dapat muncul tidak hanya setelah mengonsumsi ikan, tetapi juga saat bersentuhan langsung dengan daging ikan atau bahkan menyentuh peralatan yang terkontaminasi sisa ikan.
Pada beberapa kasus ekstrem, cukup mencium aroma ikan yang baru dimasak untuk memicu gejala.
Karena ikan merupakan sumber protein dan asam lemak omega-3 yang bermanfaat bagi kesehatan jantung dan otak, memahami tanda-tanda alergi serta cara pencegahannya sangat penting agar konsumsi ikan tidak berujung bahaya.
Diperkirakan sekitar 0,2–0,5% populasi dunia memiliki alergi ikan, dengan tingkat keparahan yang bervariasi mulai dari gatal ringan hingga anafilaksis yang mengancam nyawa.
Ada beberapa jenis ikan yang lebih sering menjadi pemicu alergi, seperti salmon, tuna, cod, mackerel, dan halibut. Sumber alergen utama adalah protein parvalbumin, yang bersifat stabil terhadap pemanasan, sehingga memasak ikan meski suhu tinggi tidak selalu menghilangkan potensi alergennya.
Penyebab dan Gejala Alergi Ikan
Protein Parvalbumin: Sebagian besar alergi ikan disebabkan oleh parvalbumin, protein kecil yang tahan panas dan terdapat di daging ikan.
Pengelolaan Peralatan: Pemakaian peralatan dapur yang sama untuk memasak ikan dan bahan makanan lain tanpa dibersihkan dapat memicu kontaminasi silang.
Paparan Udara: Bau ikan yang dimasak dapat mengandung partikel protein ikan, sehingga terhirup oleh individu sensitif bisa menimbulkan reaksi.
Gejala Umum Alergi Ikan
Reaksi Kulit: Gatal, kemerahan, ruam, hingga ruam urtikaria (biduran) muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah terpapar.
Gejala Saluran Pernapasan: Hidung tersumbat, batuk, mengi, sesak napas, atau pembengkakan pada tenggorokan. Pada kasus berat, dapat berkembang menjadi anafilaksis.
Gangguan Pencernaan: Mual, muntah, diare, atau kram perut segera terjadi setelah mengonsumsi ikan.
Gejala Sistemik: Pusing, detak jantung cepat, tekanan darah menurun, pingsan, sebagai tanda reaksi anafilaksis yang perlu penanganan darurat.
Cara Mencegah dan Menangani Alergi Ikan
Strategi Pencegahan
Hindari Konsumsi Ikan dan Produk Turunannya: Baca label makanan jadi (misalnya nugget ikan, saus seafood) untuk memastikan tidak ada kandungan ikan.
Pisahkan Peralatan Dapur: Miliki talenan, pisau, dan peralatan terpisah khusus untuk ikan dan makanan lain, serta cuci semua peralatan secara menyeluruh dengan deterjen yang kuat.
Laporkan Alergi saat Makan di Luar: Beritahu koki atau pelayan restoran tentang alergi ikan untuk menghindari pemasakan dengan minyak yang sama atau bumbu yang terkontaminasi.
Hati-hati dengan Paparan Udara: Jika sangat sensitif, hindari ruangan tempat ikan sedang dimasak atau ventilasi di area tersebut.
Penanganan Saat Terjadi Reaksi
Antihistamin Oral: Untuk gejala ringan seperti ruam dan gatal ringan, konsumsi antihistamin sesuai dosis dokter dapat membantu meredakan gejala.
Epinefrin (EpiPen): Bagi individu dengan riwayat anafilaksis, selalu sedia suntikan epinefrin dan gunakan segera saat gejala berat (sesak napas, pembengkakan tenggorokan, penurunan tekanan darah).
Segera Cari Bantuan Medis: Gejala anafilaksis memerlukan penanganan di unit gawat darurat—jangan menunda atau menunggu gejala hilang sendiri.
Pantau Kondisi Pasien: Setelah pemberian epinefrin, pasien perlu tetap diawasi minimal 4–6 jam di fasilitas kesehatan untuk memastikan tidak ada reaksi lanjutan.
Bagi penderita alergi ikan, penting untuk selalu memerhatikan label makanan, mencuci tangan dan peralatan setelah berurusan dengan ikan, serta memiliki rencana darurat, termasuk nomor darurat dan EpiPen yang mudah dijangkau.
Meski alergi ikan dapat memengaruhi kualitas hidup karena harus menghindari sumber omega-3, masih banyak alternatif seperti suplemen omega-3 berbasis sumber tumbuhan (flaxseed, chia seed) yang bisa membantu.**