PenaKu.ID – Industri bioskop global mulai menunjukkan pemulihan signifikan usai terpukul pandemi. Dua jaringan besar, Cineplex Inc. di Kanada dan Cinema XXI di Indonesia, sama-sama mencatat lonjakan jumlah penonton sekaligus pendapatan sepanjang paruh pertama 2025.
Cineplex (Kanada) Catat Pertumbuhan Pendapatan
Cineplex Inc. (TSX: CGX), jaringan bioskop terbesar di Kanada, pada 12 Agustus 2025 merilis laporan keuangan kuartal II. Perusahaan melaporkan pendapatan tumbuh 30,5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, terutama ditopang penjualan tiket box office dan konsesi makanan.
“Box office per patron dan concession per patron mencapai rekor kuartalan baru,” tulis manajemen Cineplex dalam laporan resmi.
Lonjakan penonton didorong rilis sejumlah film blockbuster serta penayangan acara khusus. Namun, laba per saham (EPS) perusahaan masih di bawah ekspektasi analis sehingga membuat saham Cineplex sempat berfluktuasi di Bursa Toronto.
Meski demikian, para analis menilai tantangan utama Cineplex masih berkisar pada biaya operasional yang tinggi serta persaingan dengan layanan streaming.
Cinema XXI (Indonesia) Bukukan Rekor 14 Juta Penonton
Di Indonesia, Cinema XXI yang dikelola PT Nusantara Sejahtera Raya mencatat sejarah baru. Sepanjang April 2025, jaringan bioskop terbesar di Tanah Air itu berhasil meraih 14 juta penonton hanya dalam satu bulan—angka tertinggi sepanjang perjalanan perusahaan.
Dalam laporan tahunannya, Cinema XXI melaporkan pendapatan 2024 sebesar Rp5,7 triliun. Tahun lalu, perusahaan juga memperluas jaringan dengan membuka 16 lokasi baru dan menambah sekitar 70 layar.
Tak hanya fokus di kota besar, Cinema XXI mulai merambah kawasan wisata. Pada Juni lalu, perusahaan menandatangani nota kesepahaman dengan Vasanta Group untuk menghadirkan bioskop di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Cinema XXI juga mengantongi penghargaan APAC Achievement Award dari ICTA CineAsia atas inovasi teknologi presentasi di Asia Pasifik.
Tren Global: Premiumisasi dan Diversifikasi Konten
Kebangkitan bioskop dunia pasca-pandemi dipicu beberapa faktor. Pertama, tren premiumisasi pengalaman menonton lewat layar IMAX, kursi VIP, hingga layanan makanan di dalam teater. Kedua, diversifikasi konten non-film seperti konser musik, pertandingan olahraga, hingga pentas teater.
Meski layanan streaming tetap menjadi pesaing utama, para penonton diyakini masih mencari pengalaman kolektif di layar lebar. “Film besar dan event khusus terbukti mampu membawa kembali penonton,” ujar seorang analis pasar menanggapi laporan Cineplex.
Dengan kinerja positif di Kanada maupun Indonesia, industri bioskop global diperkirakan memasuki fase pemulihan stabil. Cineplex dinilai menawarkan prospek pertumbuhan meski volatilitas masih tinggi, sementara ekspansi agresif Cinema XXI membuka peluang lebih luas untuk menjangkau pasar domestik hingga destinasi wisata.**