PenaKu.ID – Dalam mitologi pewayangan Jawa, Anantaboga adalah nama yang melegenda. Ia adalah dewa berwujud naga raksasa (Naga) yang dipercaya sebagai penguasa dasar bumi atau lapisan ketujuh bumi yang disebut Saptapratala. Kekuasaannya begitu besar sehingga ia mampu menopang dunia di atas punggungnya.
Namun, sebuah mitos menarik mengaitkannya juga dengan Laut Selatan, memunculkan pertanyaan: apakah ia penguasa sejati samudra?
Berbeda dengan Ratu Kidul yang menguasai permukaan dan gelombang, kekuasaan Anantaboga bersifat lebih fundamental. Ia adalah dewa bumi dan air di lapisan terdalam. Menurut beberapa versi, Laut Selatan hanyalah sebuah “gerbang” atau “jendela” menuju istananya yang berada di perut bumi.
Ia tidak sering menampakkan diri, namun energinya menjadi fondasi bagi seluruh kerajaan gaib yang ada di lautan tersebut.
Anantaboga Simbol Kesuburan dan Keseimbangan Bumi
Dewa ini adalah simbol dari kekuatan bumi yang paling purba. Ia menguasai segala kekayaan yang ada di dalam tanah, seperti emas, permata, dan mineral. Dalam kisah pewayangan, sisiknya yang terbuat dari emas murni dapat memberikan kemakmuran abadi.
Namun, perannya yang utama adalah menjaga stabilitas bumi. Gerakan tubuhnya di dasar bumi dipercaya dapat menyebabkan gempa atau pergeseran lempeng. Oleh karena itu, ia sangat dihormati sebagai dewa penjaga keseimbangan agar dunia tidak hancur.
Hubungan Anantaboga dengan Kerajaan Gaib Laut Selatan
Meskipun Kanjeng Ratu Kidul diakui sebagai penguasa Laut Selatan, kekuasaannya dipercaya berada di bawah restu dan izin dari Sanghyang tersebut. Sang Naga adalah entitas yang jauh lebih tua dan primordial.
Ratu Kidul bertugas menjaga tatanan di permukaan, sementara Anantaboga adalah fondasi kekuatannya. Hubungan ini melambangkan harmoni antara elemen bumi (Anantaboga) dan air (Ratu Kidul), di mana keduanya saling melengkapi untuk menjaga keseimbangan alam semesta, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.**