Kab. Cianjur, LabakiNews.id –
Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor penyebab tidak tercapainya target produksi pertanian.
Untuk menekan serangan OPT harus dilakukan pengawalan sejak dini melalui pengamatan secara rutin, mulai dari persemaian sampai di pertanaman.
Pengamatan sendiri di pertanaman dimulai dari umur 2 Minggu Setelah Tanam (MST) hingga tanaman menjelang panen.
Dengan melakukan pengamatan kita dapat mengetahui keberadaan awal OPT, baik itu intensitas serangan maupun populasi di suatu wilayah.
POPT Kecamamatan Bojongpicung – Cianjur Gagan gandana wibawa Sp dan Bati tuud Koramil 0608-11 Bojongpicung sa’at ditemui di Kampung Leuwi Odeng Desa Bojongpicung Kecamatan Bojongpicung Cianjur ,(3/5) mendampingi kelompok tani sederhana melakukan penyemprotan insektisida untuk menanggulangi Hama Kepinding tanah dan penggerek batang yang sudah menyerang 3 ha dan terancam terserang 10 ha.
Hama merupakan organisme penginfeksi tanaman yang menimbulkan kerusakan sehingga berdampak pada penurunan hasil pertanian.
Penurunan hasil pertanian yang ditimbulkan oleh hama memiliki kisaran yang bervariasi, mulai dari penurunan hasil panen yang tidak terlalu signifikan sampai tahap paling parah, yaitu gagal panen.
Salah satu jenis hama yang sering menyebabkan kerugian parah terhadap hasil pertanian adalah penggerek batang padi.
Penggerek batang padi adalah salah satu hama yang paling sering menyerang tanaman padi dengan intensitas serangan sampai 90%.
Hama ini menyerang tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan mulai dari fase vegetatif sampai generatif.
Gejala yang ditimbulkan dari serangan hama penggerek batang secara umum ada 2 jenis, yaitu Sundep dan Beluk.
Untuk gejala Sundep, serangan dimulai dengan larva ngengat merusak tanaman padi sebelum memasuki fase vegetatif (masa pembungaan) dan gejalanya mulai terlihat ketika tanaman padi berumur 21 hari setelah pindah tanam.
Selanjutnya setelah 1 minggu, larva ngengat akan bertelur dan meletakannya pada batang tanaman padi, dan selang 4-5 hari telur akan menetas sekaligus merusak sistem pembuluh tanaman yang terdapat pada batang padi.
Dampak visualnya yaitu pucuk batang padi menjadi kering kekuningan serta mudah dicabut.
Sedangkan untuk gejala Beluk, serangannya terjadi pada fase generatif (masa pembentukkan malai).
Dampak serangan yang ditimbulkan menyebabkan bulir padi menjadi hampa akibat proses pengisian bijinya tidak berjalan sempurna karena kerusakan pada pembuluh batang padi.
Kerugian hasil yang disebabkan oleh gejala beluk berkisar 1-3% dengan rata-rata 1,2%. Maka dari itu, upaya pengendalian OPT perlu dilakukan untuk mencegah kerugian akibat serangan penggerek batang dan dengan mengetahui keberadaan awal OPT akan sangat menentukan keberhasilan panen.
Ini karena dengan diketahuinya intensitas atau populasi awal OPT, maka dapat segera melakukan tindakan pengendalian yang tepat dan akurat sehingga OPT dapat dikendalikan dengan baik. Jelas gagan
Sementara itu, Bati tuud koramil 0608-11 bojongpicung mengatakan, proses pengamatan OPT tidak hanya dilakukan oleh petugas pengamat hama. Malah lebih baik pengamatan dilakukan langsung oleh petani di lahannya.
“Kami mengedukasi petani agar pengetahuan, sikap dan keterampilan (PSK) petani berubah dan meningkat, utamanya petani melakukan pengamatan secara mandiri dan rutin di lahan usaha taninya. Agar tidak terjadi lagi kecolongan serangan OPT,” kata Serma Yeyet S
Pada Musim Tanam (MT) 2019, POPT telah melakukan pendampingan pengawalan OPT di semua desa wilayah Kec Bojongpicung – cianjur dan berkoordinasi dengan petugas setempat.
Petani juga dipandu untuk melakukan pengamatan OPT secara mandiri dan rutin serta menyusun tindakan pengendalian dengan memahami 6 tepat dalam pemakaian pestisida sampai pemanfaatan musuh alami. imbuh Serma Yeyet s
(Decky)