PenaKu.ID — Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bandung Dicky Anugrah menyatakan faktor pemicu rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) salah satunya disebabkan oleh pengaruh geopolitik atau perang antara negara Ukraina dan Rusia.
Hal tersebut diungkapkan saat Dicky menjadi narasumber pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) terkait sosialisasi pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke bantalan sosial di wilayah Kabupaten Bandung di Hotel Grand Sunshine Soreang, Jumat (2/9/22).
Menurutnya, inflasi ini bisa terjadi karena krisis pangan dan krisis energi. “Krisis pangan, di antaranya negara menjaga seluruh bantuan, di antaranya seluruh kebutuhan bahan pokok tidak keluar atau tidak diekspor keluar, melainkan diolah oleh masing-masing negaranya.
Kita pun sama, Indonesia sudah menerapkan kebijakan ekspor dibatasi dan bahan baku diolah di Indonesia untuk menjadi potensi pangan,” tutur Dicky.
Terkait dengan inflasi yang terjadi di Kabupaten Bandung di sektor pangan, lanjut Dicky, Bupati Bandung HM Dadang Supriatna sudah memanggil seluruh jajaran TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) untuk mengantisipasi terjadi peningkatan inflasi di Kabupaten Bandung.
“Pak Bupati Bandung sudah menginstruksikan kepada seluruh perangkat daerah, dan jajaran kewilayahan, kecamatan dan desa untuk menanam pangan maupun menanam beberapa sayuran di pekarangan rumah. Supaya masyarakat tidak kekurangan pangan, minimal untuk kebutuhan rumah tangga tersedia,” tutur Dicky.
Pemkab Bandung Intruksikan Hemat Energi
Menurutnya, Bupati Bandung, telah mengintruksikan ke seluruh jajaran di Kabupaten Bandung untuk melakukan penghematan energi, di antaranya dilakukan oleh semua institusi dan seluruh masyarakat Kabupaten Bandung.
“Itu terkait dengan pangan dan energi,” ujarnya.
Up-date terakhir, lanjut Dicky, pihaknya memiliki program SIBAPOKTING (Sistem Informasi Bahan Pokok dan Bahan Penting). Saat ini untuk harga bahan pokok beras, katanya, beras medium berada di angka Rp 9.778/kg, dan harganya tetap di bulan Agustus sampai September 2022 tidak mengalami kenaikan.
“Selanjutnya kacang hijau, yaitu Rp 27.444/kg, harga kacang tanah juga tetap Rp 33.500/kg, kacang kedelai juga tetap Rp 14.000/kg, kacang kedelai juga tetap Rp 13.429/kg, namun untuk harga cabe merah tanjung ada kenaikan, yaitu dari harga Rp 58.438/kg dari harga sebelumnya Rp 56.438/kg.
Cabe merah ada penurunan pada 2 September ini, sekarang Rp 50.313/kg dari harga Rp 52.000. Cabe rawit hijau harganya tetap, dan cabe rawit merah juga tetap. Intinya seluruh kebutuhan pokok ada kenaikan di bawang merah dan lainnya harganya tetap dan stok tersedia dan aman untuk Kabupaten Bandung,” katanya.
Dicky pun menjelaskan bahwa harga telur pada bulan Agustus 2022 mengalami kenaikan, yang semula harga Rp 24.000/kg menjadi Rp 29.000/kg, bahkan melampaui harga Rp 32.000/kg.
“Tapi kemarin, saya lihat di SIBAPOSTING, sudah turun diangka Rp 28.000/kg dan turun dari angka Rp 30.000. Itu untuk telor ayam negeri,” katanya.
Sementara harga daging sapi yang sebelumnya sempat tembus Rp 130.000/kg, sekarang harganya di bawah Rp 100.000/kg, yaitu Rp 80.000/kg.
Menurutnya, dengan adanya rencana kenaikan harga BBM tentunya harga angkut atau distribusi akan mengalami kenaikan namun pihaknya akan memantau stabilitas harga, keterersediaan stok dan harga yang memadai.
“Tentunya akan terjadi kenaikan-kenaikan, yang harus kita tekan alur distribusi dari produsen ke distributor, agen ke pengecer tidak ada margin-margin yang meningkat,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan, katanya, Satgas Pangan, maupun pemerintahan dari TNI dan Polri harus memantau.
“Jangan sampai ada penimbunan atau kenakalan-kenakalan terkait pangan,” Pungkasnya.
**Dws