Tutup
PenaRagam

Saung Kopi Bah Dusyie Hadirkan Kopi Mantap 15K

×

Saung Kopi Bah Dusyie Hadirkan Kopi Mantap 15K

Sebarkan artikel ini
Saung Kopi Bah Dusyie Hadirkan Kopi Mantap 15K
Saung Kopi Bah Dusyie di Kaki Gunug Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/11/21)

PenaKu.IDSaung Kopi Bah Dusyie di Kampung Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat menghadirkan kopi mantap spesial.

Saung Kopi Bah Dusiye juga menghadirkan beragam rasa kopi dengan sentuhan tangan langsung sang pemilik kedai. Usut punya usut rupanya pemilik Kedai Kopi Abah Dusie merupakan salah satu petani kopi di wilayah tersebut.

Berawal dari sebuah peluang, Ayi (55), pemilik Saung Kopi Bah Dusyie mencuri kesempatan tersebut dengan mendirikan sebuah tempat yang cukup layak disebut sebuah kafe, yang berdiri di tengah hamparan pemandangan alam Kabupaten Bandung.

Di tempat ini, kita bisa menemukan berbagai minuman dan makanan ringan ala sang pemilik kedai. Khususnya menu-menu kopi pilhan yang sarat akan rasa kopi asli lokal.

Bukan tanpa filosofi, Saung Kopi Bah Dusyie tercetus karena sebuah sebutan akrab pemilk kedai kala ia menjabat sebagai seorang kepala dusun. Umumnya, tokoh dusun di wilayah tersebut hangat dengan sapaan kadus. Maka warga sekitar sering memanggil sang pemilik kedai dengan panggilan Abah Dusyie atau dengan arti lain yaitu Abah Dusun.

Ketika ditemui PenaKu.ID pada Minggu petang (21/11/21), Ayi mengungkapkan, kedai kopi tersebut berawal dari sebuah warung biasa dengan jajanan pada umumnya. Namun, seiring waktu berjalan rupanya permintaan pun muncul.

Ayi menuturkan, di jalur tersebut dari dulu sampai saat ini sering dilalui para komunitas. Baik komunitas pencinta alam maupun komunitas gowes. Bahkan tak sedikit komunitas-komunitas tersebut beristirahat dan mampir di warung tempatnya itu.

“Dulu sih ini warung biasa, klo kedai kopi ini kita udah sekitar lima tahun,” kata Ayi.

Kopi Asli Ala Saung Kopi Bah Dusyie

Setelah berbagai masukan dari rekanan dan para barista di Kabupaten Bandung, akhirnya ia nekat untuk mendobrak konsep warung yang tadinya hanya menjual jajajan biasa menjadi tempat ekslusif bagi pencinta minuman kopi. “Harapan mungkin usaha ini tidak sebatas sampai Abah. Mudah-mudahan sampai keluarga ke depannya,” sambungnya.

Ayi menjamin kopi yang ia suguhkan adalah buah tangannya dari awal proses hingga titik terkhir penyeduhan. Meski diakuinya hingga kini ia terus melakukan inovasi dan rasa yang berbeda namun tetap nikmat untuk dinikmati.

“Saya menanam sendiri, memetik sendiri, mengolah sendiri, panggang sendiri. Pokonya serba olahan mandiri dan secara manual. Bahkan ga sedikit para tamu yang datang membeli kopi bubuk mentah untuk dibawa pulang,” kata dia.

Dengan modal pada saat itu boleh dibilang sangat terbatas, kini kedai tersebut tak kalah dengan kafe-kafe kopi yang berderet di tengah kota. Kedai ini sudah mampu bersaing akan cita rasa dan integritas sang barista lokal.

“Hanya 15 ribu rupiah saja nyatai di sini sambil nyoba kopi kami dijamin berkesan,” katanya.

Ke depan, dia berharap agar kedai tersebut menjadi sebuah sarana untuk memberikan ruang edukasi bagi masyarakat tentang bagaimana mencintai produk lokal dan megembangkannya.

***