Tutup
PenaRagam

Situs Gedong Belanda Saksi Bisu Masa Lalu

×

Situs Gedong Belanda Saksi Bisu Masa Lalu

Sebarkan artikel ini
Situs Gedong Belanda Saksi Bisu Masa Lalu
Situs Gedong Belanda di Bandung Barat (istimewa)

PenaKu.IDSitus Gedong Belanda di Bandung Barat menjadi salah satu tempat yang menjadi saksi di mana Belanda menjajajah bangsa Indonesia kala itu.

Tentunya, Situs Gedong Belanda juga menjadi warisan sejarah yang patut dirawat dan dikenang sepanjang hayat oleh rakyat Indonesia, khususunya warga di Kabupaten Bandung Barat.

Bandung Barat selain memiliki beragam keindahan alam, juga memiliki situs sejarah yang tentunya bernilai filosifis.

Situs Gedong Belanda terletak di Sebelah Selatan Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat.

Situs ini berada di Kampung Cimalik RT 04, Rw 05, Desa Karanganyar, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

Situs Gedong Belanda bisa ditempuh dengan menggunakan dua jalur. Cihampelas dan Jalur Cipongkor.

Kasi Sejarah dan Cagar Budaya pada Disparbud Bandung Barat, Asep Diki Hidayat mengungkapkan, Situs Gedong Belanda itu merupakan bangunan atau benteng bersejarah peninggalan kolonial Belanda yang seluruhnya berjumlah 5 buah.

“Benteng itu dibangun pada tahun 1912 dan selesai 6 tahun kemudian (1918),” ungkap Diki, Jum’at (24/9/2021).

Diki menerangkan, proses pembangunan benteng tersebut dikerjakan oleh masyarakat pribumi yang dibayar perhari sebesar 3 sen.

Ini Dia Penggagas Situs Gedong Belanda

Adapun mandor pembangunan benteng itu, lanjut Diki, dikenal dengan sebutan Tuan Bangkok.

“Untuk pimpinan proyeknya adalah seseorang yang berkebangsaan Belanda dikenal dengan Tuan Jaksen,” terangnya.

Kedua orang penggagas benteng tersebut, meninggal dunia di wilayah Jawa Barat dan dimakamkan pula di Tanah Sunda.

“Tuan Bangkok meningal dan dimakamkan di Kampung Bunker, Desa Karanganya, Kecamatan Cihampelas. Sedangkan Tuan Jaksen dimakamkan di Lereng Gunung Tilu (tiga), Ciwidey,” paparnya.

Pasalnya, pembangunan benteng itu bukan hanya ada di wilayah selatannya KBB. Namun juga terdapat di daerah utara tepatnya, di Gunung Putri, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang.

Diki menjelaskan, pembanguan kedua benteng tersebut atas perintah Kerajaan Kolonial Belanda yang bertujuan untuk mempertahankan tanah hasil jajahannya di Indonesia.

Hal tersebut dilakukan untuk mangantisipasi terjadinya Perang ke – 1 pada tahun 1914 hingga tahun 1918. Antara Jerman, Turki dan sekutunya dengan blok Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Rusia dan lainnya.

“Kedua kubu itu berlomba untuk memperebutkan tanah jajahannya,” jelasnya.

Ia menambahkan, berdasarkan perhitungan kerajaan kolonial Belanda saat itu, bila perang ke-1 terjadi bakal berimbas pula pada negeri jajahannya yaitu, Nederland Indie (Hindia Belanda/Indonesia).

Sebab, Bandung dan sekitarnya dinilai memiliki kontur tanah berbukit yang cocok untuk dijadikan pertahanan. Selain itu, Kota Bandung kala itu direncanakan bakal dijadikan Pusat Angkatan Perang Hindia Belanda.

“Untuk menghasilkan rencana tersebut, maka tahun 1916 dibangun Departemen Perang atau Departement Vab Oorlog. Akhir tahun 1916 dan awal 1927, secara bertahap DVO dipindahkan dari Waltervreden (Jatinegara) ke Kota Bandung (di jalan Sumatera),” pungkasnya.

***