PenaKu.ID – Pasar komoditas global mencatat pergerakan harga emas yang cenderung lesu pada pekan perdagangan 17–21 November 2025. Meskipun demikian, logam mulia ini masih menunjukkan taringnya dengan bertahan di atas level psikologis US$ 4.000 per troi ons.
Phillip Streible, Chief Market Strategist dari Blue Line Futures, menegaskan bahwa koreksi harga saat ini hanyalah fase konsolidasi sebelum potensi lonjakan baru. Ia menyoroti tiga katalis utama yang diprediksi akan mendongkrak harga emas hingga tahun 2026.
Diversifikasi Cadangan Emas Dunia
Faktor pendorong pertama adalah aksi borong emas oleh bank sentral dunia. Sejak konflik geopolitik memanas pada 2022, negara-negara mulai mengurangi ketergantungan pada Dolar AS dan beralih ke emas fisik.
Saat ini, porsi emas dalam cadangan devisa global mencapai 20%, dan diproyeksikan akan terus naik hingga 30% sebagai langkah lindung nilai (hedging) terhadap ketidakstabilan global.
Tren Suku Bunga Emas Dunia
Selain aksi bank sentral, minat investor ritel dan institusi melalui Exchange-Traded Fund (ETF) emas melonjak 17% tahun ini.
Ditambah lagi, ekspektasi kebijakan moneter Amerika Serikat yang cenderung melonggar (dovish) dengan potensi pemangkasan suku bunga pada 2026, menjadi angin segar bagi aset yang tidak memberikan imbal hasil bunga seperti emas. Kombinasi ini menjanjikan prospek cerah bagi emas di masa depan.**
