PenaKu.ID – Jauh sebelum nama Nyi Roro Kidul populer, masyarakat kuno di tanah Jawa telah mengenal entitas penguasa lautan yang jauh lebih tua, yaitu Sanghyang Baruna. Dalam mitologi Hindu-Jawa, Sanghyang Baruna diadaptasi dari Dewa Baruna dalam Veda, dewa penguasa lautan, air, dan hukum alam semesta.
Sosoknya digambarkan sebagai dewa agung yang bersemayam di dasar samudra, mengendalikan ombak, badai, serta seluruh kehidupan di bawah air.
Sanghyang Baruna sering dianggap sebagai manifestasi dari kekuatan laut itu sendiri: bisa tenang dan memberi kehidupan, namun juga bisa murka dan mendatangkan bencana dahsyat seperti tsunami.
Para pelaut dan nelayan di masa lampau selalu memanjatkan doa dan memberikan persembahan kepada Sanghyang Baruna sebelum melaut, memohon izin dan perlindungan agar selamat dalam perjalanan dan mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah.
Sanghyang Baruna Penjaga Keseimbangan Ekosistem Laut
Berbeda dari entitas laut lainnya yang lebih bersifat teritorial, Sanghyang Baruna memiliki peran sebagai penjaga keseimbangan kosmik lautan. Ia memastikan bahwa hukum alam berjalan sebagaimana mestinya.
Ia tidak hanya menguasai satu wilayah seperti Laut Selatan, tetapi seluruh perairan di Nusantara. Kepercayaan ini mengajarkan manusia untuk menghormati laut, tidak merusaknya, dan tidak mengambil isinya secara serakah.
Jika manusia melanggar, murka Sanghyang Baruna akan datang dalam bentuk badai atau gelombang pasang yang mematikan.
Sanghyang Baruna Figur yang Mulai Terlupakan
Seiring dengan pergeseran kepercayaan dan berkembangnya legenda-legenda lokal yang lebih spesifik seperti Ratu Kidul, popularitas Sanghyang Baruna perlahan memudar di kalangan masyarakat umum.
Namun, di beberapa komunitas spiritual dan keraton, namanya masih dihormati sebagai dewa laut purba. Sosoknya mengingatkan kita bahwa mitologi Nusantara memiliki lapisan-lapisan yang sangat dalam, di mana dewa-dewi kuno menjadi fondasi bagi legenda-legenda yang kita kenal hari ini, menjadikannya misteri yang layak untuk digali kembali.**
