PenaKu.ID – Selama ini kulit singkong kerap dianggap tak berguna dan berakhir di tempat sampah rumah tangga maupun industri. Namun, riset terbaru mengungkap fakta mengejutkan: bagian luar umbi ini menyimpan potensi besar, mulai dari sumber serat pangan hingga bahan baku energi terbarukan.
Sejumlah penelitian menyebut bagian luar umbi ini mengandung karbohidrat serta serat dalam jumlah tinggi. Lebih dari itu, ekstraknya terbukti memiliki senyawa fenolik dengan sifat antioksidan. Temuan ini membuka peluang pemanfaatan kulit singkong di sektor pangan fungsional, suplemen serat, bahkan bahan pengawet alami.
Kulit Singkong Alternatif Murah untuk Pakan Ternak
Di bidang peternakan, kulit ini dapat diolah melalui fermentasi atau pengeringan untuk dijadikan pakan tambahan. Proses tersebut tidak hanya menurunkan kadar racun alami seperti sianida, tetapi juga meningkatkan kandungan protein. Beberapa peternak di daerah sudah mulai memanfaatkannya sebagai solusi hemat biaya pakan.
Tak berhenti di situ, manfaatnya juga bisa diolah menjadi biogas dan bioetanol. Uji coba menunjukkan pencampuran kulit singkong dengan kotoran ternak mampu meningkatkan produksi gas metana. Hasil ini memberi harapan baru bagi pengembangan energi bersih berbasis limbah pertanian.
Dalam skala industri, kulit luar umbi ini dimanfaatkan untuk menghasilkan karbon aktif yang efektif menyerap logam berat pada air limbah. Bahkan, abu hasil pembakaran kulit singkong mulai diuji sebagai bahan tambahan pada beton dan material bangunan ramah lingkungan.
Kulit Singkong Perlu Pengolahan Aman
Meski menjanjikan, para ahli mengingatkan bagian luar umbi ini tidak boleh dikonsumsi mentah karena mengandung cyanogenic glycosides yang dapat melepaskan sianida. Pengeringan, perebusan, maupun fermentasi menjadi langkah penting agar aman digunakan.
Dulu dipandang sekadar sampah, kini kulit singkong terbukti memiliki manfaat multifungsi. Potensi ekonominya terbuka lebar, mulai dari pakan ternak, energi terbarukan, hingga bahan baku industri. Dengan pengolahan tepat, limbah ini bisa berubah menjadi sumber daya bernilai tinggi sekaligus ramah lingkungan.**
