Internasional

Lebih Ngeri Daripada Kecoa! Kutu Cinta Serang Seoul

×

Lebih Ngeri Daripada Kecoa! Kutu Cinta Serang Seoul

Sebarkan artikel ini
Lebih Ngeri Daripada Kecoa! Kutu Cinta Serang Seoul
Lebih Ngeri Daripada Kecoa! Kutu Cinta Serang Seoul/(ilustrasi/@pixabay)

PenaKu.ID – Sejak awal tahun 2025, warga Seoul dikejutkan oleh ledakan populasi kutu cinta (Plecia longiforceps) yang menutupi jalan, pepohonan, hingga jendela rumah.

Meskipun tidak menggigit maupun menularkan penyakit, ribuan kutu cinta ini menimbulkan keresahan publik dan mengganggu kenyamanan aktivitas sehari-hari.

Promo
Body Rafting

Paket Body Rafting Pangandaran

Serunya petualangan body rafting dengan harga mulai Rp 70.000. Mau!

pangandaranholidays.com

Pesan Sekarang

Para ahli menduga fenomena kutu cinta dipicu efek pulau panas perkotaan yang membuat suhu di pusat kota lebih tinggi daripada sekitarnya, memacu reproduksi masif serangga asing yang pertama kali terdeteksi di Seoul pada 2015.

Dampak Sosial dan Keseharian Warga Sebab Kutu Cinta

Kehadiran kutu cinta mengganggu ruang publik hingga rumah tangga.

Survei Embrain menyebut 86% warga menganggap serangga ini sebagai hama, mengalahkan kecoak dan kutu busuk.

Laporan pengaduan resmi meningkat dari 4.418 kasus pada 2022 menjadi 9.926 pada 2024. Banyak warga yang memilih mengurangi aktivitas luar ruangan, bahkan rela pindah demi menghindari invasi serangga.

Upaya Pemerintah Mengatasi Kutu Cinta

Pemerintah Seoul sempat mengusulkan penyemprotan kimia untuk memberantas kutu cinta, namun dibatalkan karena kekhawatiran dampak ekologis dan kesehatan.

Sebagai gantinya, Kementerian Kesehatan meluncurkan kampanye edukasi yang menekankan manfaat ekologis serangga, seperti penyerbukan bunga dan pengomposan tanah.

Meskipun niatnya positif, banyak aktivis menilai kampanye tersebut kurang efektif meredakan ketakutan publik.

Menghadapi tantangan ini, Shin Seung-gwan dari Universitas Nasional Seoul menekankan kebutuhan pemantauan rutin dan riset lebih lanjut untuk memahami siklus hidup Plecia longiforceps di lingkungan perkotaan.

Kolaborasi antara otoritas kota, akademisi, dan masyarakat diharapkan dapat menghasilkan strategi pengendalian yang seimbang antara kepentingan lingkungan dan kenyamanan warga.**