PenaKu.ID – Film “Lemah Santet Banyuwangi” yang diproduksi oleh MD Pictures kembali mencuri perhatian publik.
Sejak teaser posternya dirilis di akun Instagram resmi MD Pictures, film Lemah Santet Banyuwangi menuai kontroversi di tengah masyarakat.
Penggunaan nama Banyuwangi dalam judul film memicu reaksi keras dari berbagai pihak, terutama karena tidak ada koordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Kontroversi ini tidak hanya berdampak pada citra film, tetapi juga berpotensi merusak nama baik Banyuwangi sebagai destinasi yang dikenal dengan berbagai potensi positif.
Isu utama yang diangkat terkait dengan film ini adalah kurangnya izin dan koordinasi antara pihak produksi dengan pemerintah daerah.
Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Taufik Rohman, menegaskan bahwa MD Pictures tidak pernah mengajukan izin untuk menggunakan nama Banyuwangi.
Hal ini dinilai dapat menimbulkan persepsi negatif dan mengubah citra positif daerah Banyuwangi di mata masyarakat.
Reaksi Masyarakat Pada Film Lemah Santet Banyuwangi
Berbagai elemen masyarakat mulai menyuarakan kekecewaan dan kemarahan atas penggunaan nama Banyuwangi tanpa izin.
Ketua DPC Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Banyuwangi, Denny Sun’anudin, menyatakan bahwa warga Banyuwangi merasa tersinggung dan marah.
Mereka menilai bahwa film ini seolah mencoba mengeksploitasi identitas daerah demi keuntungan komersial tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan budaya.
Selain itu, pejabat di bidang kebudayaan juga mengimbau pihak terkait untuk tidak memberikan izin penayangan, agar citra Banyuwangi tetap terjaga.
Potensi Dampak Negatif Film Lemah Santet Banyuwangi bagi Citra Daerah
Tidak hanya reaksi dari masyarakat, kontroversi ini juga menimbulkan kekhawatiran akan potensi penurunan citra daerah.
Banyuwangi dikenal luas sebagai daerah dengan kekayaan budaya dan pariwisata yang positif. Penggunaan nama Banyuwangi dalam konteks film yang kontroversial berpotensi mengaburkan identitas tersebut.
Selain itu, dugaan bahwa film ini mengangkat peristiwa tragis pembantaian dukun santet tahun 1998 semakin memperkeruh situasi, karena menyentuh isu sensitif dengan latar belakang politis yang rumit.
Kritik dari berbagai pihak mengharapkan agar MD Pictures segera mempertimbangkan kembali konsep dan judul film ini, serta melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah.
Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News
**