PenaKu.ID – Dalam perjalanan sejarah Islam, masa hijrah selalu menjadi momen krusial yang menandai perubahan besar dalam perjalanan dakwah.
Saat ujian dan tantangan semakin berat, perintah pertama pun turun agar sebagian umat Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Kota Makkah.
Langkah ini bukan semata-mata sebagai bentuk pelarian, melainkan strategi untuk bertahan di tengah kondisi yang semakin tidak mendukung.
Tidak semua pengikut Nabi diharuskan berhijrah. Mereka yang dianggap memiliki perlindungan dan kekuatan, seperti Rasulullah SAW, Abu Bakar, Khadijah, serta mayoritas keluarga dan sahabat tetap berada di Makkah.
Namun, bagi mereka yang lemah dan kurang mendapatkan perlindungan, hijrah menjadi keharusan. Mereka memilih untuk mencari keamanan dan ruang untuk mengembangkan nilai-nilai keimanan di tempat yang lebih kondusif.
Alasan Strategis Hijrah ke Habasyah
Keputusan untuk hijrah ke negeri Habasyah, yang kini dikenal sebagai wilayah sebagian Ethiopia, diambil atas dasar pertimbangan strategis dan keamanan.
Pada masa itu, kawasan Jazirah Arab dikuasai oleh dua entitas agama utama, yakni Nasrani dan musyrik. Berpindah ke negeri yang mayoritas penduduknya beragama Nasrani dipandang sebagai pilihan yang lebih rasional.
Hal ini disebabkan oleh kesamaan dasar kepercayaan, yaitu keyakinan kepada satu Tuhan (monoteisme), meskipun terdapat perbedaan dalam konsep ketuhanan terutama terkait peran Nabi Isa Alaihissalam.
Hijrah ke Habasyah bukan hanya soal menghindari tekanan dan penganiayaan, melainkan juga sebagai strategi untuk mendapatkan perlindungan dari pihak yang memiliki stabilitas politik.
Di bawah pemerintahan Raja Najasyi yang beragama Nasrani, para pengikut Nabi Muhammad SAW mendapatkan kesempatan untuk hidup dan menyebarkan nilai-nilai Islam dalam lingkungan yang lebih terbuka dan toleran.
Keputusan ini membuktikan bahwa hijrah merupakan langkah cerdas untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan dakwah meskipun harus beradaptasi dengan lingkungan baru.
Dinamika Sosial dan Religius pada Masa Itu Saat Hijrah ke Habasyah
Hijrah ke Habasyah juga mencerminkan dinamika sosial dan interaksi antaragama yang terjadi pada masa itu. Dengan keberadaan negeri yang mayoritas penduduknya menganut agama Nasrani, para pengikut Nabi mendapatkan kesempatan untuk saling bertukar pikiran dan menjalin hubungan antar budaya.
Meski Islam masih dalam tahap awal perkembangan, perbedaan yang relatif kecil dalam nilai-nilai keagamaan memungkinkan terjadinya dialog yang konstruktif antara kedua pihak.
Langkah ini memberikan dampak positif jangka panjang dalam perkembangan peradaban Islam. Di samping mendapatkan perlindungan, hijrah ke Habasyah juga membuka jalan bagi penyebaran ajaran Islam ke wilayah yang lebih luas.
Para pengikut yang hijrah pun menjadi saksi bahwa dalam setiap tantangan, selalu ada solusi yang dapat diambil dengan kecerdasan dan strategi yang tepat. Hal ini menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk terus mencari jalan terbaik dalam menghadapi segala bentuk ujian dan rintangan.
Dengan demikian, hijrah ke Habasyah mencatatkan babak penting dalam sejarah Islam. Keputusan strategis tersebut tidak hanya melindungi umat dari ancaman kekerasan dan penganiayaan, tetapi juga mengukir momentum baru dalam penyebaran ajaran Islam.
Keterbukaan terhadap perbedaan dan kesiapan untuk beradaptasi menjadi kunci keberhasilan yang dapat dijadikan teladan di masa kini.
Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News
**