PenaKu.ID – Banyak masyarakat Indonesia mengeluhkan atas kebijakan Menteri ESDM tentang larangan pengecer menjual LPG 3 kg dan harus membeli di pangkalan resmi, Bahlil ucapkan biaya ongkos transportasi (bensin) sedikit yang harus ditambah.
LPG 3 Kg Tidak Langka dan Tidak Dibatasi Kuota
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa LPG tersebut tidak ada kouta yang dibatasi, juga terkait kondisi impor pun tidak ada perubahan dan juga subsidi tidak ada yang dipangkas.
“Yang hal baru itu begini ceritanya. Selama ini kan Pertamina menyuplai ke agen, agen menyuplai ke pangkalan, pangkalan menyuplai ke pengencer. Laporan yang masuk ke kami itu kan ada yang memainkan harga,” ucap Bahlil Lahadalia saat Konferensi Pers Capaian Kinerja ESDM tahun 2024, Senin (3/2/2025).
Dan ia menjelaskan, bahwa harga LPG 3 kilogram kepada rakyat bawah tidak lebih dari Rp5.000 hingga Rp6.000, bahlil menuturkan bahwa negara telah mensubsidikan harga realnya.
“Harga realnya itu per kilogram, itu negara mensubsidi sekitar Rp12.000 kurang lebih per kilogram. Kalau 3 kilogram satu tabung, itu berarti kurang lebih sekitar Rp36.000 per tabung,” paparnya.
Menurutnya, terdapat laporan masuk kepada Menteri ESDM RI tersebut, bahwa subsidi LPG 3 kg tersebut sebagian tidak tepat sasaran.
“Ada satu kelompok orang yang membeli LPG dengan jumlah yang tidak wajar, harganya naik. Sudah volumenya tidak wajar, harganya pun dimainkan,” ungkap Bahlil.
Harga LPG 3 Kg di Pangkalan Sesuai Harga Subsidi
Oleh karena itu, dalam rangka menertibkan para oknum-oknum tersebut, maka, kata dia, dibuatkan regulasi bahwa membeli LPG 3 kg di pangkalan.
“Karena harga sampai di pangkalan itu, pemerintah bisa kontrol. Kalau harga di pangkalan itu dinaikkan, izin pangkalannya dicabut, dikasih denda dan kita bisa tahu siapa pemainnya,” katanya.
Lalu, Bahlil menjelaskan alasam pengecer tidak diberikan kesempatan untuk menjual si melon karena biasanya yang bermain harga itu adalah di lever bawah (penjual pengecer).
“Sekarang saya dapat memahami, contoh di Jakarta Timur di tempat saya tinggal, pengecer itu biasanya cuman 100 meter saya bisa dapat LPG di pengecer itu. Sekarang mungkin bukan 100 meter, tapi mungkin 500 atau 1 kilo, kadang-kadang tempatnya pun belum tahu karena di pangkalan, Ini yang membuat sekarang ada sedikit peralihan,” ujar dia.
Akan tetapi, lanjut Bahlil, ia sudah meminta dirjen agar para pengecer-pengecer yang sudah memenuhi syarat untuk dinaikkan statusnya menjadi pangkalan. Agar dapat mengontrol harga LPG 3 kg, karena jika pengecer tidak naikkan ke pangkalan berpotensi menyalahgunakan.
“Ini transisi aja sebenarnya, waktu. Saya juga tadi sudah dimintai oleh Pak Wapres (Wakil Presiden) untuk memperhatikan ini. Pak Wapres dan Pak Presiden juga sudah memerintahkan saya untuk mengecek ini secara langsung,” ujarnya.
Biaya Transport Harus Ditambahi Sedikit Buat Beli LGP Ke Pangkalan
Selanjutnya bahlil menceritakan kata-kata penolakan dari seluruh masyarakat Indonesia atas kebijakan yang dibuatnya, lalu ia menjelaskan dan menjamin LPG 3 kg tidak langka.
“Cuma persoalannya dari 100 meter mungkin lebih jauh dari itu (jaraknya lebih 100 meter) ngambilnya. Tapi mungkin biaya transportasinya sedikit yang harus ditambah,” kata Menteri ESDM RI.
Menteri ESDM tersebut mengatakan agar LPG dapat diberikan kepada masyarakat yang berhak. Dan juga UMKM tetap mendapatkan LPG dengan harga yang mungkin jauh lebih murah. Dikarenakan banyak para oknum-oknum nakal yang memainkan harga, menurut bahlil dirinya tidak ingin jika hal tersebut terjadi.
“Justru saya sudah kasih tahu sama Pertamina, kalau saya temukan kayak begini, saya cabut. Bahkan ada komplain juga ada biayanya itu Pak Dirjen, saya minta jangan lagi ada biaya-biaya yang tidak masuk akal. Saya mau fair, jangan menyusahkan rakyat,” pungkasnya.
Masyarakat Protes ‘Biaya Transportasinya Sedikit Yang Harus Ditambah’
Salah satu masyarakat Kabupaten Bogor bernama, Eni, yang mana kesehariannya adalah ibu rumah tangga, ia mengatakan jika jarak beli LPG 3 kg harus menambah ongkos (bensin) sama aja dengan harga yang biasa dahulu ia beli.
“Kalau ongkos bensinnya ditambahin sedikit, terus beli di pangkalan harga Rp12.000 tapi jaraknya lebih dari 500 meter, saya ngisi bensin Rp10.000 atau Rp15.000, sama aja dong dengan harga sebelumnya,” kata Eni.
“Saya biasanya beli gas elpiji itu dari rumah paling batasan 3/4 rumah mas ke warung itu jalan kaki sebentar nyampe,” sambungnya.
Ia mengharapkan kepada Menteri ESDM Bahlil untuk berpikir ulang jika memberikan pernyataan, karena pernyataan yang diberikan oleh Bahlil Lahadalia tersebut tidak sesuai fakta di bawah.
“Mikir dikit lah kalau mau ngomong itu menteri tu, emang dia kira orang Indonesia cuman 50 orang doang terus ngeliat cuman segelintir beberapa orang aja,” pungkasnya.
Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News
**