PenaKu.ID – UBS Group AG kembali menjadi sorotan setelah mencatat rangkaian aksi divestasi besar terhadap saham BUMI atau PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dalam dua pekan terakhir. Volume transaksi jumbo yang dilepas lembaga keuangan global ini memicu perhatian pelaku pasar, terutama terkait strategi yang dijalankan UBS dan dampaknya terhadap pergerakan saham BUMI.
Rentetan Divestasi UBS dalam Dua Pekan
Informasi dihimpuun, aksi jual UBS dimulai pada 17 November 2025 ketika mereka melepas sekitar 3,57 miliar saham BUMI dengan harga rata-rata Rp 226,59 per saham. Transaksi ini menghasilkan dana sekitar Rp 809,2 miliar, sehingga porsi kepemilikan UBS turun dari 8,05% menjadi 7,09%.
Hanya tiga hari berselang, tepatnya pada 20 November 2025, UBS kembali melepas 769,45 juta saham BUMI di harga pelaksanaan Rp 228,99 per saham. Dari transaksi kedua ini, UBS mengantongi sekitar Rp 176,2 miliar, dan kepemilikannya kembali menyusut hingga berada di kisaran 6,9%.
Meski aksi jual dilakukan dalam jumlah besar, harga saham BUMI justru menunjukkan performa yang cukup impresif sepanjang sebulan terakhir, mencatat lonjakan harga yang signifikan dibanding periode sebelumnya.
Padahal UBS Baru Saja Borong Saham BUMI
Yang membuat pasar kian penasaran adalah fakta bahwa UBS sempat melakukan akumulasi besar tak lama sebelum gelombang divestasi dilakukan. Pada 14 November 2025, UBS membeli 2,92 miliar saham BUMI di harga rata-rata Rp 197,72, dengan nilai transaksi sekitar Rp 577,7 miliar. Pembelian tersebut sempat mengerek kepemilikan mereka ke sekitar 8,1%.
Fenomena beli besar lalu jual cepat ini umumnya dipandang sebagai bagian dari strategi pengelolaan portofolio institusi global, bukan sinyal langsung terhadap prospek fundamental perusahaan.
Penjelasan Resmi: Aktivitas Hedging untuk Klien
Corporate Secretary BUMI, Irana Candra Mala, menjelaskan bahwa seluruh transaksi — baik pembelian maupun penjualan — dilakukan UBS dalam rangka kegiatan lindung nilai derivatif klien (client derivative hedging). Dengan demikian, pergerakan saham tersebut lebih terkait dengan kebutuhan manajemen risiko klien institusional, bukan keputusan strategis UBS terhadap nilai BUMI.
Irana menegaskan, meski porsi kepemilikan UBS menurun, UBS masih tercatat sebagai salah satu pemegang saham langsung BUMI.
Dampak terhadap Investor
- Volatilitas meningkat
Aksi jual dalam skala besar memicu fluktuasi harga dan volume perdagangan BUMI. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko jangka pendek sekaligus membuka peluang bagi trader yang memanfaatkan momentum volatilitas. - Bukan sinyal fundamental
Karena transaksi UBS dilakukan sebagai bagian dari aktivitas hedging, perubahan kepemilikan tidak mencerminkan penilaian fundamental terhadap prospek BUMI. - Investor perlu fokus pada kondisi fundamental
Pelaku pasar yang berorientasi jangka panjang disarankan untuk tetap memprioritaskan analisis fundamental — mulai dari kinerja keuangan hingga cadangan batu bara dan struktur neraca perusahaan — ketimbang bereaksi impulsif atas transaksi institusional semacam ini.
Kesimpulan
Aksi jual UBS terhadap saham BUMI mungkin memicu kekhawatiran publik, namun klarifikasi resmi menunjukkan langkah tersebut merupakan bagian dari strategi lindung nilai derivatif klien. Investor perlu membedakan antara pergerakan teknis akibat aktivitas institusional dengan fundamental jangka panjang perusahaan, sehingga keputusan investasi tetap berada pada landasan analitis yang sehat.**







