PenaKu.ID – Pasar keuangan Turki kembali dihadapkan pada situasi kritis setelah terjadi penurunan tajam seiring dengan protes keras masyarakat atas penahanan rival politik utama Presiden Tayyip Erdogan.
Bursa saham Turki mencatat penurunan signifikan dan sempat diberlakukan trading halt karena kejatuhan yang sangat dalam.
Data terbaru menunjukkan bahwa bursa ditutup di angka 9.044,64 pada perdagangan Jumat (21/3/2025) dengan penurunan 7,81% dalam satu hari.
Dalam rentang waktu empat hari terakhir, indeks bursa ambruk hingga mencapai 16,73%, menciptakan kekhawatiran serupa dengan kondisi terburuk sejak Krisis Keuangan Global 2008.
Salah satu penurunan terbesar terjadi ketika indeks jatuh sebesar 16,57% dalam satu hari, menandakan bahwa pasar keuangan Turki kini berada di bawah tekanan ekstrem.
Tidak hanya saham, nilai mata uang lira Turki juga mengalami penurunan; lira tercatat di posisi ₺37,36 per US$1 dengan pelemahan mencapai 2,3% dalam sepekan dan total penurunan 6,7% sejak awal tahun.
Penurunan Drastis Bursa Menyebabkan Turki Krisis
Kondisi pasar yang rapuh ini semakin diperparah oleh aksi protes masyarakat yang menuntut keadilan atas penahanan rival politik Presiden Erdogan.
Protes ini telah menciptakan atmosfer ketidakstabilan yang berdampak langsung pada sentimen investor.
Aktivitas perdagangan bahkan sempat dihentikan pada Jumat pukul 11.27 waktu setempat setelah indeks turun 7,01% secara tiba-tiba.
Penurunan tajam ini menjadi peringatan serius bagi para pelaku pasar dan investor mengenai kondisi ekonomi Turki yang semakin rentan.
Langkah Bank Sentral saat Turki Krisis
Sebagai respons terhadap gejolak pasar, Bank Sentral Turki (CBRT) mengambil langkah agresif untuk menstabilkan kondisi keuangan.
Dilaporkan bahwa bank sentral telah menjual sekitar US$10 miliar cadangan devisa untuk meredam penurunan lira, serta memberlakukan langkah likuiditas dengan menangguhkan lelang repo selama satu minggu.
Selain itu, suku bunga pinjaman overnight dinaikkan hingga mencapai 46%, langkah yang dianggap setara dengan pengetatan kebijakan moneter sebesar 350-400 basis poin.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan biaya pendanaan dan menekan permintaan valas, meskipun dampaknya bagi sektor perbankan dan volume kredit masih harus dievaluasi lebih lanjut.
Ketidakpastian yang melanda pasar keuangan Turki menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara politik dan ekonomi.
Gejolak yang terjadi tidak hanya mempengaruhi indeks saham, tetapi juga berdampak pada nilai tukar lira dan obligasi negara.
Situasi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan bank sentral untuk segera menemukan solusi guna mengembalikan kepercayaan investor dan stabilitas ekonomi.
Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News
**