PenaKu.ID – Puncak Carstensz, sebagai puncak tertinggi di Indonesia, selalu menyuguhkan tantangan luar biasa bagi para pendaki.
Meskipun menawarkan pemandangan yang memukau, kondisi alam yang ekstrem dan cuaca yang tidak menentu telah menjadi penyebab terjadinya beberapa insiden tragis.
Berbagai kejadian yang terjadi di gunung ini menjadi peringatan keras bagi para pecinta alam untuk selalu menjaga kewaspadaan dan melakukan persiapan yang matang sebelum melakukan pendakian.
Kejadian paling baru terjadi pada tahun 2025, di mana dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti Poegiono (59) dan Elsa Laksono (60), meninggal dunia akibat hipotermia saat menuruni gunung.
Mereka merupakan bagian dari rombongan yang juga diikuti oleh beberapa pendaki internasional dan figur publik seperti musisi Fiersa Besari.
Rombongan tersebut memulai pendakian dengan menggunakan helikopter hingga mencapai Lembah Kuning, sebelum melanjutkan perjalanan ke Puncak Carstensz.
Kondisi cuaca ekstrem yang terjadi di area Teras 2 justru menjadi pemicu tragedi yang mengakibatkan kedua pendaki tersebut tidak dapat diselamatkan meski sudah dilakukan upaya penyelamatan.
Faktor Risiko dan Analisa Kecelakaan Puncak Carstensz
Setiap insiden di Puncak Carstensz mengungkapkan berbagai faktor risiko yang harus diwaspadai. Selain kondisi cuaca yang sangat ekstrem, pendaki juga rentan terhadap masalah kesehatan seperti serangan jantung dan hipoksia.
Pada tahun 2024, dua insiden terjadi secara terpisah. Satu insiden melibatkan seorang pendaki yang mengalami serangan jantung saat menuju puncak, sementara insiden lain menimpa pendaki asal Tiongkok, Dong Fei, yang mengalami kecelakaan fatal akibat terjatuh dari ketinggian.
Tidak hanya itu, faktor alam seperti longsoran batu juga pernah menelan korban, contohnya pemandu pendakian Andika Pratama yang meninggal pada tahun 2018 saat terjadi longsoran di lokasi pemasangan tali.
Tips Keamanan bagi Para Pendaki Juka ke Puncak Carstensz
Untuk mengurangi risiko tragedi serupa, para pendaki perlu menerapkan sejumlah langkah keselamatan yang krusial. Persiapan fisik yang optimal merupakan hal pertama yang harus dipenuhi.
Melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh sebelum pendakian dan meningkatkan stamina merupakan kunci untuk mengantisipasi kondisi ekstrem.
Selain itu, perlengkapan yang lengkap seperti pakaian anti dingin, alat navigasi, dan peralatan komunikasi sangat diperlukan untuk menghadapi cuaca yang berubah-ubah.
Pemantauan kondisi cuaca secara real-time juga penting untuk menentukan waktu pendakian yang tepat. Pendaki dianjurkan untuk mengikuti arahan dari pemandu berpengalaman dan tidak memaksakan diri ketika kondisi cuaca menunjukkan tanda-tanda memburuk.
Kewaspadaan terhadap kondisi fisik sendiri selama pendakian, seperti tanda-tanda kelelahan atau penurunan suhu tubuh, dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk beristirahat atau mengubah rute pendakian demi keselamatan.
Tragedi-tragedi seperti yang menimpa pendaki Ahmad Hadi akibat hipoksia pada tahun 2017 dan insiden fatal yang dialami oleh Erik Erlangga saat mencapai puncak, telah memberikan pelajaran berharga.
Setiap insiden mengingatkan bahwa alam memiliki kekuatan yang luar biasa dan harus dihormati. Dengan persiapan yang matang, pengetahuan tentang medan, serta kesiapan mental untuk menghadapi situasi darurat, risiko kecelakaan dapat diminimalkan.
Ikuti dan Update Berita dari PenaKu.ID di Google News
**