Ekonomi

Sinyal Kenaikan di Tengah Ketenangan: Harga Minyak Menguat Tipis, Konflik Rusia-Ukraina Jadi Sentimen Utama

×

Sinyal Kenaikan di Tengah Ketenangan: Harga Minyak Menguat Tipis, Konflik Rusia-Ukraina Jadi Sentimen Utama

Sebarkan artikel ini
Sinyal Kenaikan di Tengah Ketenangan: Harga Minyak Menguat Tipis, Konflik Rusia-Ukraina Jadi Sentimen Utama
Sinyal Kenaikan di Tengah Ketenangan: Harga Minyak Menguat Tipis, Konflik Rusia-Ukraina Jadi Sentimen Utama/(pixabay)

PenaKu.ID – Harga minyak dunia bergerak menguat tipis pada perdagangan Kamis pagi (20/11/2025), di tengah sentimen geopolitik yang masih bergejolak. Melansir Refinitiv, harga Brent naik ke US$63,72 per barel dan WTI melonjak ke US$59,81 per barel, melanjutkan tren kenaikan dari hari sebelumnya. Penguatan ini terjadi saat pasar berada di persimpangan antara prospek perdamaian di Ukraina dan kekhawatiran potensi kelebihan pasokan.

Laporan mengenai sinyal AS kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk menerima kerangka perdamaian, termasuk penyerahan sebagian wilayah, dipandang pasar sebagai kemungkinan berakhirnya perang. Potensi perdamaian ini membuka pintu bagi aliran minyak Rusia yang lebih tinggi ke pasar global, yang berpotensi mengubah keseimbangan pasokan secara drastis.

Ancaman Kelebihan Pasokan dari Harga Minyak Rusia

Para analis memberikan peringatan serius terkait prospek tersebut. Spesialis energi Scott Shelton dari TP ICAP Group menyampaikan kekhawatiran bahwa harga minyak dapat turun ke kisaran US$50-an jika seluruh volume minyak Rusia yang saat ini dikenai sanksi kembali membanjiri pasar.

Kekhawatiran ini mengimbangi dampak dari sanksi baru AS yang ditujukan pada Rosneft dan Lukoil, yang seharusnya membatasi pendapatan dan ekspor Moskow.

Data EIA: Penarikan Stok AS Beri Dorongan Positif Harga Minyak

Di tengah ketidakpastian geopolitik, pasar juga memproses data Energy Information Administration (EIA) terbaru. Laporan mencatat penarikan stok minyak mentah AS lebih besar dari perkiraan pada pekan lalu, dipicu peningkatan aktivitas kilang dan lonjakan ekspor.

Namun, analis energi menilai pasar kini memasuki fase “tekanan maksimum” menjelang tenggat sanksi 21 November, dengan penurunan premi risiko geopolitik yang membuat investor kembali fokus pada fundamental pasar yang lemah.**