PenaKu.ID – Berbuat baik adalah nilai universal yang diajarkan oleh semua budaya dan agama. Namun, ada tingkatan yang lebih dalam dari sekadar berbuat baik, yaitu melakukannya tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan balasan apa pun.
Inilah inti dari keikhlasan; sebuah tindakan memberi yang murni didasari oleh ketulusan untuk membantu, bukan karena ingin dipuji, diakui, atau mendapatkan balasan serupa di kemudian hari. Dalam masyarakat yang seringkali transaksional, tindakan altruisme murni ini menjadi langka namun sangat kuat.
Seringkali secara tidak sadar, kita mengharapkan setidaknya ucapan terima kasih atau pengakuan sosial.
Mengapa Sulit Ikhlas Berbuat Baik Tanpa Pamrih?
Sifat dasar manusia cenderung mencari validasi. Ego dan kebutuhan akan pengakuan sosial seringkali menjadi penghalang terbesar untuk berbuat baik secara tulus. Kita ingin dilihat sebagai orang baik, dermawan, atau penolong.
Selain itu, logika transaksional “kamu bantu saya, saya bantu kamu” sudah tertanam dalam interaksi sosial. Lepas dari ekspektasi ini membutuhkan kesadaran diri yang tinggi. Mengakui bahwa kita memiliki tendensi ini adalah langkah pertama untuk melatih keikhlasan yang sesungguhnya.
Kekuatan Ikhlas
Manfaat terbesar dari berbuat baik tanpa pamrih bukanlah untuk penerima, melainkan untuk pemberi. Tindakan ini membebaskan kita dari kekecewaan. Ketika kita tidak mengharapkan apa pun, kita tidak akan pernah kecewa jika kebaikan kita tidak dibalas atau bahkan tidak disadari.
Kebaikan yang tulus memberikan kedamaian batin (inner peace) dan rasa puas yang tidak bisa dibeli. Hal ini mengurangi stres dan kecemasan yang terkait dengan ekspektasi sosial. Lebih jauh lagi, kebaikan tulus menciptakan efek domino (ripple effect) positif, menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama tanpa beban.**
