PenaKu.ID – Saham PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) kembali menjadi sorotan usai ditutup melemah 4,59 persen ke level Rp1.560 per saham pada perdagangan Jumat (15/8/25). Penurunan saham CDIA ini terjadi setelah periode volatilitas ekstrem yang sempat membawa harga saham perseroan menyentuh rekor tertinggi Rp2.100 dalam 52 minggu terakhir.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham CDIA bergerak di kisaran Rp1.560–Rp1.650 pada sesi perdagangan terakhir, dengan kapitalisasi pasar diperkirakan berada di rentang Rp204–209 triliun. Sebelumnya, saham ini masuk daftar Unusual Market Activity (UMA) pada Juli 2025 usai melesat 24,8 persen dalam sehari ke Rp780, lalu naik lagi 25 persen ke Rp975 di sesi berikutnya.
Kenaikan tajam tersebut sebagian besar terjadi di pasar negosiasi, termasuk transaksi jumbo 25.000 lot di harga Rp1.400 (Rp3,5 miliar) dan 25.000 lot di Rp1.300 (Rp3,25 miliar). Aksi ini memicu spekulasi panas di kalangan pelaku pasar.
Perlukah Investor Mewaspadai Saham CDIA?
Secara kinerja, CDIA membukukan pendapatan Rp1,65 triliun dengan laba bersih Rp493,15 miliar dalam periode 12 bulan terakhir (TTM). Namun, arus kas bebas tercatat negatif Rp1,13 triliun, sementara Piotroski F-Score hanya 3 dari 9, mengindikasikan sinyal kewaspadaan terhadap kondisi keuangan.
Dari sisi teknikal, mayoritas indikator menunjukkan sinyal netral hingga jual. Target harga analis untuk 12 bulan ke depan pun belum sejalan dengan tren harga saat ini.
PT Chandra Daya Investasi Tbk. merupakan perusahaan induk (holding) di sektor infrastruktur, energi, dan utilitas, yang merupakan anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk. Portofolionya meliputi pembangkit listrik 240 MW, pengolahan air, logistik pelabuhan, cold chain, pergudangan, hingga jasa konsultasi keuangan.
Pengamat pasar menilai, meski prospek sektor infrastruktur di Indonesia masih positif, volatilitas harga yang tinggi dan arus kas negatif membuat investor perlu berhati-hati sebelum mengambil posisi di saham ini.**