PenaKu.ID – Ridwan Kamil memaparkan 12 program strategis revitalisasi DAS Citarum dalam “Panel Dialogue: Scaling Up Governance and Collaborative Actions In Combinating Marine Plastic Litter Towards Climate Actions In Indonesia” di KTT Pemimpin Dunia COP26 Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021).
Ke -12 strategi itu di antaranya rehabilitasi lahan sekitar 26 ribu hektare dari target 15.500 hektare. Monitoring IPAL pabrik – pabrik di sekitar Citarum di mana sudah ada 1.338 pabrik yang diawasi dari target 747 pabrik.
Selain itu Satgas Ciatrum Harum telah menindak 131 pelanggar lingkungan dair mulai skala besar sampai sekala kecil. Ada 1.268 desa yang jadi sasaran sosialisasi dan edukasi berbasis komunitas.
Ridwan Kamil mengatakan konsep penanganan Citarum Harum yang dulu pernah dikenal dunia sebagai sungai terkotor dan terjorok di dunia menggunakan pola pentaheliks. Pemerintah melibatkan akademisi, pengusaha, media, dan komunitas untuk saling bersinergi dan berkolaborasi.
Menurutnya, keterlibatan semua stakeholders sangat luar biasa mulai dari TNI dengan basis operasi nonperang, komunitas pegiat lingkungan, kalangan bisnis yang memiliki kekuatan finansial, akademisi yang kaya konsep dan penelitian, sampai media untuk publikasi.
“Hasilnya penanganan lebih efektif. Setelah tiga tahun Citarum bukan lagi sungai terkotor dan kami bisa menjelaskan dan membuktikan data-datanya. Berkat pentaheliks ini semua merupakan tanggung jawab bersama,” ujar Gubernur Ridwan Kamil
Menurut Ridwan Kamil, penanganan Citarum lebih gencar dan masif sejak terbit Peraturan Presiden Nomor 15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.
Ridwan Kamil Bentuk Satgas
Satgas Citarum Harum kemudian menerjemahkan ke dalam 12 program strategis, mulai dari penanganan limbah domestik, industri, dan penegakan hukum dilakukan guna membuktikan bahwa penanganan Citarum itu tidak main-main.
Dalam penanganan sampah plastik misalnya, Jabar menerapkan circular economy di mana dari sampah plastik masyarakat maupun pengusaha dapat keuntungan finansial. Selain bank sampah, di Jabar pun telah memiliki pabrik pengolahan botol plastik yang dihasilkan botol air mineral kembali.
Pabrik tersebut, sambungnya, tidak hanya menerima botol air mineral dari wilayah Jabar saja melainkan dari Bali dan juga Sulawesi Selatan. Pasalnya pabrik pengolahan botol air mineral tersebut hanya satu-satunya di Indonesia.
“Kami juga memastikan mengedukasi masyarakat agar jangan takut untuk membeli botol minuman dari botol daur ulang,” ucapnya.
Ridwan Kamil berharap mendatang semua provinsi memiliki pabrik daur ulang botol plastik air minum.
Salah satu komunitas lingkungan yang mendukung Satgas Citarum Harum adalah Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) yang juga mengapresiasi apa yang disampaikan Gubernur di forum internasional tersebut.
Menurut Kepala Divisi Infokom DPKLTS Taufan Suranto, konsep dasar pengelolaan sumber daya alam adalah mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar daerah aliran sungai. Masyarakat didorong untuk aktif berpartisipasi memulihkan Citarum sebagai sumber kehidupannya.
“Partisipasi masyarakat tidak bisa langsung terorganisasi. Sehingga pola geraknya kita coba bangun Sub DAS dan Mikro DAS. Cakupannya kecil – kecil setiap 1.000 hektare bergerak,” kata Taufan.
Semua kegiatan pelestarian alam seperti penanaman pohon, pengelolaan limbah domestik, dan pengolahan sampah dilakukan di Sub DAS dan Mikro DAS tersebut. “Semua aspek dan perilaku dilakukan di situ dengan skema pentaheliks,” kata Taufan.
Kegiatan lain yang dilakukan di antaranya program rehabilitasi lahan kritis. Seperti pembibitan di DAS Citarum di wilayah Ciporeat yang masuk Kawasan Bandung Utara.
“Kami juga kerja sama dengan beberapa pihak lain. Lahan kritis yang sedang kita garap kerja sama dengan BKSDA di Kamojang Garut seluas beberapa ratus hektare,” sebut Taufan.
Pembibitan tanaman nantinya tidak saja berfungsi menghijaukan dan menyerap air tapi juuga dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat, misalnya dari tanaman buah dan tanaman lain yang memiliki nilai keekonomian.
Diharapkan dengan sistem Sub DAS dan Mikro DAS akan tercipta banyak siklus air yang sehat bagi Citarum yang lebih sehat pula. Ketika musim hujan air bisa ditahan, musim kemarau masih ada ketersediaan air alias tidak kekeringan.
“Jadi prinsipnya menangani lahan kritis dengan vegetasi dan pemberdayaan masyarakat,” tutup Taufan.
**