PenaKu.ID – Di tepi selokan atau halaman rumah, sering kali tumbuh bunga kecil berwarna putih dengan kelopak menjulur panjang. Bagi sebagian orang, tanaman ini hanyalah gulma tak berguna. Namun bagi masyarakat di berbagai daerah, bunga yang dikenal dengan nama kitolod, korejat, atau kicaang ini justru diyakini menyimpan khasiat obat.
Secara ilmiah, tanaman ini memiliki nama latin Hippobroma longiflora dan termasuk dalam keluarga Campanulaceae. Tanaman ini diketahui mengandung berbagai senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin—komponen yang berperan sebagai antioksidan, antiradang, serta antibakteri.
Sejumlah penelitian di Indonesia menunjukkan, ekstrak daun dan bunga kitolod mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi dan mempercepat penyembuhan luka pada hewan uji.
Namun yang paling populer di masyarakat, kitolod dipercaya dapat mengatasi gangguan mata, mulai dari mata merah hingga katarak. Secara tradisional, bunga kitolod biasanya direndam dalam air, lalu air rendamannya digunakan sebagai tetes mata alami.
Meski begitu, pakar kesehatan menegaskan bahwa klaim tersebut belum terbukti secara klinis. Beberapa studi awal memang menunjukkan ekstrak tanaman ini dapat menurunkan tekanan intraokular pada hewan, tetapi belum ada uji klinis pada manusia yang memastikan keamanan dan efektivitasnya.
“Secara tradisional memang digunakan untuk mata, tetapi belum ada bukti medis yang kuat untuk mendukung penggunaannya sebagai terapi pengganti obat dokter,” ujar seorang peneliti tanaman obat dari Universitas Lampung dalam laporan riset tahunannya.
Kitolod Mengandung Racun
Selain itu, masyarakat diminta berhati-hati karena kitolod juga mengandung getah beracun. Jika digunakan sembarangan, terutama pada area sensitif seperti mata, getahnya dapat menyebabkan iritasi, rasa perih, bahkan kerusakan jaringan. Para ahli pun mengingatkan agar tanaman ini tidak digunakan secara langsung tanpa konsultasi dengan dokter atau herbalis bersertifikat.
Tak hanya dipercaya bermanfaat untuk mata, beberapa penelitian lain mengungkap potensi kitolod sebagai antikanker, analgesik, dan antiinflamasi. Namun, seluruh riset tersebut masih berada pada tahap laboratorium.
“Tanaman ini menjanjikan secara farmakologi, tetapi masih dibutuhkan riset lanjutan untuk menentukan dosis dan keamanannya,” demikian salah satu hasil kajian ilmiah yang dipublikasikan di beberapa jurnal lokal.
Dengan demikian, meski sering dijuluki “obat ajaib” oleh masyarakat, penggunaan kitolod tanpa panduan medis tetap berisiko. Para ahli mengimbau agar masyarakat tidak mudah tergoda dengan klaim penyembuhan instan yang beredar di media sosial atau marketplace.
Kitolod memang memiliki potensi besar sebagai tanaman obat berkat kandungan senyawa aktifnya. Namun hingga kini, belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk menyatakan tanaman ini aman digunakan sebagai obat, terutama untuk gangguan mata.
Seperti halnya pengobatan herbal lainnya, konsultasi dengan tenaga medis tetap menjadi langkah terbaik sebelum mencoba pengobatan alternatif.**






