PenaKu.ID – Banyak orang bingung melihat fenomena di mana beberapa perokok aktif justru tampak bugar, ramping, dan seolah tidak terpengaruh oleh kebiasaan buruknya.
Sementara di sisi lain, kampanye kesehatan global terus menggaungkan bahaya rokok terhadap kebugaran fisik, kapasitas paru-paru, dan kesehatan jantung. Apakah ini berarti rokok tidak berbahaya bagi sebagian orang?
Jawabannya tentu saja tidak. Penampilan “bugar” ini seringkali merupakan ilusi atau hasil dari faktor-faktor kompleks yang menutupi kerusakan internal yang sedang terjadi.
Memahami mengapa fenomena ini muncul penting agar tidak salah kaprah menganggap merokok adalah kebiasaan yang aman atau bahkan bermanfaat untuk menjaga penampilan.
Ilusi Metabolisme dan Kontrol Berat Badan Perokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah zat stimulan yang kuat. Zat ini dapat meningkatkan laju metabolisme tubuh secara artifisial, membuat tubuh membakar kalori sedikit lebih cepat dari biasanya.
Selain itu, nikotin juga dikenal luas sebagai penekan nafsu makan (appetite suppressant). Inilah mengapa banyak perokok cenderung memiliki berat badan lebih rendah atau kesulitan untuk menaikkan berat badan.
Tampilan “ramping” inilah yang sering disalahartikan oleh orang awam sebagai “bugar”. Padahal, ini adalah kondisi tubuh yang dipaksa bekerja lebih keras dan seringkali kekurangan asupan nutrisi optimal karena nafsu makan yang tertekan.
Faktor “Healthy Smoker Effect” Perokok
Ada pula istilah yang dikenal dalam studi epidemiologi sebagai “Healthy Smoker Effect” atau paradoks perokok sehat. Ini adalah sebuah bias dalam pengamatan. Seringkali, perokok yang masih terlihat aktif dan bugar adalah mereka yang memang memiliki keunggulan genetik, masih berusia muda, atau rutin berolahraga (meski manfaat olahraganya tergerus oleh rokok).
Kerusakan akibat rokok bersifat akumulatif dan jangka panjang. Mereka yang sudah sakit parah akibat rokok (misalnya PPOK atau penyakit jantung) cenderung berhenti merokok atau mengurangi aktivitas fisik, sehingga mereka tidak lagi terlihat di ruang publik atau pusat kebugaran. Akibatnya, yang terlihat “bugar” hanyalah mereka yang “belum” menunjukkan gejala parah.**









