PenaKu.ID – Nasi putih adalah makanan pokok yang mendarah daging bagi masyarakat Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, nasi sering mendapat reputasi buruk dan dianggap sebagai penyebab utama kenaikan gula darah serta risiko diabetes. Banyak yang khawatir dengan “kadar gula” dalam nasi. Lantas, apakah nasi benar-benar setinggi gula seperti yang dibayangkan?
Penting untuk memahami bahwa istilah “kadar gula” dalam konteks nutrisi sering disalahartikan. Ada perbedaan besar antara gula sederhana (seperti glukosa atau sukrosa) dan karbohidrat kompleks (pati). Nasi putih sebenarnya memiliki kandungan gula sederhana yang sangat rendah, bahkan hampir nol. Namun, sangat kaya akan karbohidrat kompleks.
Membedah Istilah: Gula di Nasi Sederhana vs Karbohidrat
Ketika kita makan nasi, pati (karbohidrat kompleks) di dalamnya akan dicerna oleh tubuh dan dipecah menjadi glukosa (gula sederhana). Glukosa inilah yang kemudian masuk ke aliran darah dan menaikkan kadar gula darah.
Jadi, meskipun nasi tidak mengandung “gula” dalam bentuk yang biasa kita pikirkan (seperti pada minuman manis), efeknya terhadap gula darah tetap signifikan karena kandungan karbohidrat totalnya yang tinggi. Inilah mengapa nasi memiliki indeks glikemik yang relatif tinggi, yang berarti ia cepat diubah menjadi gula darah setelah dikonsumsi.
Fakta Nutrisi
Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA), kandungan gula sederhana dalam nasi putih matang sangat minim. Dalam 100 gram nasi putih matang, hanya terdapat sekitar 0,05 gram gula. Satu piring standar di Indonesia (sekitar 150-200 gram) mungkin hanya mengandung sekitar 0,075 gram gula sederhana.
Namun, jumlah karbohidrat total dalam satu piring bisa mencapai 40 hingga 50 gram. Angka karbohidrat inilah yang menjadi fokus utama. Artinya, meski kadar gula langsungnya kecil, potensi untuk menjadi glukosa di dalam tubuh sangatlah besar.**










