Sosial

Mengapa Penyesalan Selalu Datang Terlambat? Membedah Psikologi di Balik Keputusan

×

Mengapa Penyesalan Selalu Datang Terlambat? Membedah Psikologi di Balik Keputusan

Sebarkan artikel ini
Mengapa Penyesalan Selalu Datang Terlambat? Membedah Psikologi di Balik Keputusan
Mengapa Penyesalan Selalu Datang Terlambat? Membedah Psikologi di Balik Keputusan/(pixabay)

PenaKu.ID – Penyesalan atau kecewa adalah emosi kompleks yang sering digambarkan sebagai tamu yang selalu datang terlambat. Ungkapan “penyesalan selalu datang di akhir” bukan sekadar kiasan, tetapi mencerminkan realitas psikologis tentang bagaimana manusia memproses keputusan dan konsekuensi. Fenomena ini terjadi karena manusia seringkali baru bisa melihat gambaran utuh sebuah situasi setelah peristiwa itu berlalu.

Saat berada di tengah pengambilan keputusan, seseorang mungkin dipengaruhi oleh emosi sesaat, tekanan eksternal, atau kurangnya informasi. Namun, begitu keputusan diambil dan waktu berjalan, konsekuensi dari tindakan tersebut mulai terlihat jelas. Pada titik inilah, akal sehat dan pandangan objektif mengambil alih, memungkinkan kita melihat “apa yang seharusnya” dilakukan.

Fenomena “Pintu Tertutup” Penyesalan

Psikologi sering menyebut ini sebagai bias retrospektif atau “hindsight bias,” di mana kita cenderung melebih-lebihkan kemampuan kita untuk memprediksi hasil setelah kita mengetahui hasilnya. Kekecewaan muncul dari kesenjangan antara hasil yang diharapkan dan kenyataan yang terjadi. Kita menyesal bukan hanya karena hasilnya buruk, tetapi karena kita merasa seharusnya bisa mencegahnya.

Ini diperparah oleh apa yang disebut “efek pintu tertutup.” Selama sebuah pilihan masih terbuka, kita cenderung fokus pada potensi positifnya. Namun, begitu pilihan itu hilang atau kita memilih jalur lain, kita mulai fokus pada apa yang hilang.

Belajar dari Kekecewaan Agar Tidak Ada Penyesalan

Meskipun menyakitkan, kekecewaan memiliki fungsi adaptif. Ini adalah mekanisme pembelajaran yang kuat. Rasa tidak nyaman akibat penyesalan memotivasi kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan. Daripada terjebak dalam “seandainya,” para ahli menyarankan untuk memfokuskan energi pada “apa selanjutnya.”

Memahami bahwa penyesalan adalah bagian alami dari pengalaman manusia dapat membantu kita mengelolanya. Kuncinya adalah mengubah penyesalan dari beban masa lalu menjadi panduan untuk pengambilan keputusan yang lebih bijak di masa depan. Dengan menerima konsekuensi, kita dapat bergerak maju dengan pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri dan prioritas hidup.**