PenaPeristiwa

Lodong Mulai Dimainkan Anak-anak Jelang Ramdan 1443 H

×

Lodong Mulai Dimainkan Anak-anak Jelang Ramdan 1443 H

Sebarkan artikel ini
Lodong Mulai Dimainkan Anak-anak Jelang Ramdan
ilustrasi anak main lodong

PenaKu.IDLodong atau istilah lain biasa disebut meriam mulai bersuara seiring bulan Ramadan 1443 Hijriah /2022 tiba, yang dimainkan oleh sekumpulan anak-anak Kecil di Kota Bandung Jawa Barat.

Tak hanya di Kota Bandung, lodong tersebut pun mulai banyak digandrungi sebagian anak di wilayah Soreang Kabupaten Bandung, saat Jurnalis PenaKu.ID melakukan penelusuran pada Kamis (31/03/22).

Lodong merupakan sebuah alat seperti selongsong dengan panjang sekitar satu meter dengan diameter sekitar 10 centimeter. Lodong ini umumnya terbuat dari pipa pralon atau bambu atau bisa juga dibuat dari beberapa kaleng bekas susu kental yang disambungkan dengan menyopot terlebih dahulu masing-masing penutup kaleng di kedua sisi. Lalu kemudian dirangkai dengan menggunakan/dipasang platuk yang berdaya magnet yang bisa mengeluarkan percikan api kecil. Ketika platuk atau tobol ini ditekan di situlah suara seperti ledakan kecil keluar.

Dari segi keamanan, meriam ini memang dinilai riskan karena mengeluarkan suara letupan bak mercon maupun petasan besar. Bahkan, terkadang suaranya pun menyerupai letusan ban pecah.

Saat Juranalis menyambangi anak-anak yang masih seusia sekolah dasar (SD) di Jalan Terusan Jamika Kota Bandung, mereka tengah asyik memainkan suara-suara letupan dari meriam tersebut. Bahkan, tak sedikit warga di sekitaran jalan itu dibuat kaget oleh suara lodong tersebut.

Salah satu anak berinisial FZ (10 tahun) menyebutkan bermain lodong adalah keasikan tersendiri bagi dirinya dan teman-temannya, apalagi di saat memasuki bulan suci Ramadan.

Ia mengaku mendapatkan lodong tersebut dapat membeli dari pedagang keliling dengan harga yang cukup lumayan sesuai ukuran besar ataupun kecil.

“Aku beli di si mamang yang keliling. Harganya ada yang dua puluh ribu rupiah ada juga yang dua puluh lima ribu rupiah,” kata FZ kepada jurnalis, Kamis (31/03/22).

Sementara satu temannya yang yang lain, dia mengatakan bisa membuat sendiri dari bahan kaleng susu kental. “Kalo aku ini buat sendiri om,” katanya.

Lodong Berbahaya

Pemerhati Anak dari Yayasan Muhammadiyah Provinsi Jawa Barat Hedi Mulyadi menilai permainan lodong ini jika dibiarkan dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan di masyrakat. Terlebih di saat bulan puasa.

Tak hanya itu, dampak negatif yang diprediksi bisa terjadi kepada anak-anak ketika bermain lodong cukup besar, karena mengingat lodong tersebut dapat mengeluarkan suara keras. Bahkan mungkin, lanjut Hedi, akan menimbulkan hembusan angin dan api yang berbahaya.

Untuk itu, Hedi berharap kepada aparat berwajib atau kepada Pemkot Bandung dapat segera menertibkan permainan lodong tersebut, sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi kepada anak-anak.

“Saya pribadi merasa khawatir ketika anak-anak sekarang banyak yang main lodong. Mungkin dengan cara ini mereka menyambut puasa. Tapi hal itu menurut saya tidak dibenarkan juga karena berbahaya,” ujar Hedi saat memberi tanggapan, Jumat (01/04/22).

Hedi mengakui bahwa pada saat memasuki bulan Ramdan beragam permainan anak-anak bermunculan. Baik itu yang dibuat sendiri atau bahkan dengan cara membeli dari pedangang musiman di bulan puasa.

“Masih mending kalau permainannya itu tidak membahayakan,” imbuhnya.

Persoalan lain yang kerap muncul di bulan puasa, kata Hedi adalah petasan atau mercon. Hedi menilai petasan juga menjadi sesuatu yang mebahayakan jika dinyalakan dan dibuat mainan oleh anak-anak kecil.

“Kalau kembang api kecil mungkin tidak terlalu berbahya yah. Nah coba kalau petasan segede jempol tangan saja dinyalakan kan itu suranya gede banget dan bisa-bisa menyambar tangan anak-anak tuh, jangan sampai seperti kejadian kemarin di Cianjur dan Sukabumi,” terangnya.

Hedi berharap kepada orang tua di saat situasi seperti ini dapat berperan aktif, memantau anak-anak agar hal-hal yang tidak diharapakan tidak terjadi.

“Bisa anak-anak diarahakan dengan banyak kegiatan religi dan hal yang lain yang lebih positif,” kata dia.

***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *