PenaKu.ID – Dalam khazanah legenda Tatar Sunda, nama Prabu Siliwangi dan Maung Bodas (Macan Putih) adalah dua entitas yang tak terpisahkan. Macan Putih diyakini sebagai pendamping setia sekaligus perwujudan dari kekuatan gaib yang melindungi Sri Baduga Maharaja, atau yang lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi, raja agung dari Kerajaan Pajajaran.
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang manusia dan hewan, melainkan sebuah epik yang sarat dengan nilai-nilai kepemimpinan, kesetiaan, dan spiritualitas.
Legenda paling populer menceritakan pertemuan Prabu Siliwangi dengan Macan Putih saat sang prabu sedang melakukan perjalanan spiritual. Di tengah hutan, ia berhadapan dengan seekor macan putih yang perkasa. Alih-alih bertarung, keduanya justru terlibat dalam pertarungan batin yang menguji kesaktian sang prabu.
Prabu Siliwangi berhasil menaklukkan macan tersebut tanpa kekerasan, dan sejak saat itu, Macan Putih beserta pasukannya bersumpah untuk setia menjadi pengikut gaibnya.
Maung Bodas Sebagai Simbol Kepemimpinan
Maung atau macan dalam budaya Sunda adalah simbol keberanian, kekuatan, dan kewibawaan. Warna putihnya melambangkan kesucian, kebijaksanaan, dan keagungan. Dengan demikian, Macan Putih yang mendampingi Prabu Siliwangi bukanlah sekadar pengawal, tetapi juga representasi dari karakter kepemimpinan sang prabu itu sendiri.
Ia adalah pemimpin yang kuat dan berani, namun tetap berlandaskan pada kebijaksanaan dan kesucian hati. Kehadiran Maung Bodas menegaskan legitimasi dan kharisma Prabu Siliwangi sebagai seorang raja besar.
Maung Bodas Warisan Legenda Hingga Kini
Kisah Prabu Siliwangi dan Maung Bodas terus hidup hingga sekarang, terutama di kalangan masyarakat Jawa Barat. Sosok Maung Bodas sering kali dihubungkan dengan pusaka, ajian, atau bahkan keturunan Prabu Siliwangi.
Nama “Maung Bandung” yang menjadi julukan klub sepak bola Persib juga terinspirasi dari semangat dan kekuatan yang dilambangkan oleh Maung Bodas.
Legenda ini telah bertransformasi menjadi bagian dari identitas budaya, mengajarkan tentang pentingnya kesetiaan dan kepemimpinan yang bijaksana, warisan yang abadi dari era Kerajaan Pajajaran.**
