PenaKu.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi melalui Dinas Pendidikan dan Kebudyaan Kota Sukabumi siap menyambut kurikulum merdeka belajar dengan menggelar bimbingan teknis implementasi kurikulum merdeka belajar di Hotel Tamansari Kota Sukabumi, Jawa Barat pada Selasa (21/06/22).
Walikota Sukabumi Achmad Fahmi mengatakan para kepala sekolah dan guru harus mampu meningkatkan kapasitas di tengah tantangan yang semakin meningkat melalui kurikulum merdeka.
”Pandemi berdampak pada semua sektor termasuk pendidikan,” kata Fahmi dalam sambutannya.
Fahmi menginformasikan pada tahun 2021 lalu Indeks angka partisipasi murni sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi masih belum 100 persen. Rinciannya angka partisipasi murni 2021 tingkat SD 97.99 persen, SMP 83.17 persen, dan SMA 70.62 persem.
Oleh karenanya, kata Fahmi, banyak tantangan atau pekerjaan rumah untuk diantisipasi dalam bidang pendidikan. Bersyukur berbagai langkah dilakukan dalam percepatan, sehingga dikenal istilah merdeka belajar yang kurikulumnya akan diedukasi dan diterapkan di sekolah.
”Semangatnya bagaimana melakukan transformasi pendidikan kepada anak didik. Dalam artian, bukan hanya pembelajaran tapi attitude,” terang Fahmi.
Kurikulum Merdeka di Tengah Masifnya Teknologi
Dengan sistem pendidikan manual harus berubah karena pandemi mengajarkan perubahan mendasar pada pendidikan dengan pelibatan teknologi secara masif.
”Merdeka belajar, bagaimana mampu mengaktivasi potensi yang ada di lingkungan sekolah anak jadi profil pancasila,” imbuh Fahmi.
Ke depan, sambung Fahmi, daerah dihadapkan pada penerapan merdeka belajar pada level sekolah dasar dan memperkenalkan profil pelajar pancasila yang diimplementasikan dalam kurikulum.
”Mari lembaga sekolah lakukan perubahan khususnya kepala sekolah berinovasi dan berimprovisasi. Sebab loncatan anak-anak kita tidak terprediksi,” katanya.
Fahmi menuturkan, selain dalam kurikulum disampaikan teknologi informasi. Harapannya nilai kemanusiaan juga harus disentuh seperti nilai kegotongroyongan dan silih asah asih asuh. Dalam artian harus mempertahankan akar budaya dari anak, seperti hormat pada guru di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
“Dengan bimtek mengambil makna terbaik dan beradaptasi melakukan perubahan secara utuh,” tandasnya.
**