PenaKu.ID – Prabu Siliwangi adalah salah satu tokoh paling ikonik dalam sejarah Kerajaan Pajajaran dan tanah Pasundan. Dikenal sebagai raja yang arif, bijaksana, dan sakti, namanya terukir abadi dalam ingatan kolektif masyarakat Sunda.
Namun, salah satu aspek kehidupannya yang hingga kini masih menjadi perdebatan hangat adalah perihal keyakinan agamanya di akhir hayat.
Secara historis, Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan yang bercorak Hindu-Sunda. Sang Prabu, atau Sri Baduga Maharaja, memimpin kerajaan ini pada masa keemasannya. Namun, berbagai naskah dan tradisi lisan memunculkan narasi alternatif yang menyebutkan bahwa sang prabu pada akhirnya memeluk agama Islam.
Argumen yang Mendukung Keislaman Prabu Siliwangi
Beberapa sumber, terutama babad dan cerita lisan, mengisahkan Sri Baduga Maharaja berinteraksi intens dengan penyebar Islam, termasuk putranya sendiri, Raden Kian Santang.
Ada versi cerita yang menyebutkan bahwa setelah melalui dialog spiritual yang mendalam, sang prabu akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat, meskipun hal ini dilakukan secara rahasia untuk menjaga stabilitas kerajaannya. Hubungannya dengan Sunan Gunung Jati juga sering dijadikan dasar dari klaim ini.
Pandangan Sejarawan soal Prabu Siliwangi
Di sisi lain, mayoritas sejarawan berpendapat bahwa tidak ada bukti arkeologis atau naskah primer yang kuat untuk mendukung klaim bahwa Prabu Siliwangi menjadi seorang Muslim.
Prasasti dan peninggalan resmi dari era Pajajaran secara konsisten menunjukkan corak Hindu-Sunda.
Banyak yang beranggapan bahwa narasi keislaman Prabu Siliwangi lebih bersifat sinkretisme budaya atau upaya untuk melegitimasi penyebaran Islam di tanah Sunda dengan mengaitkannya pada tokoh besar yang dihormati. Hingga kini, perdebatan ini tetap menjadi misteri sejarah yang menarik.**












