PenaEkonomi

Panen tiba, petani dan buruh tani pun gembira.

IMG 20190802 WA0020

Kab. Cianjur, LabakiNews.id –

Panen, inilah kata yang paling ditunggu tunggu oleh para petani. Ketika musim panen padi tiba kebanyakan petani telah merasa gembira karena hasil jerih payahnya telah ada dan bisa dibawa pulang atau membuahkan hasil.

Khususnya di Kampung Pasir Manyar Desa Hegarmanah Kecamatan Bojongpicung kabupaten Cianjur, sudah memasuki masa panen padi kedua pada musim panen tahun ini, soalnya khusus di wilayah Desa Hegarmanah dalam satu tahun itu biasanya dua kali panen padi dan bisanya setelah panen padi kedua diselang, dengan menanam palawija seperti menanam kacang kedelai.

Walaupun siang terik tidak menyurutkan semangat para buruh tani di kampung Pasir Manyar memanen padi yang menguning. Meski harus bersusah payah memanen hingga memikul berkarung-karung padi, para buruh ini tetap bersuka cita.

“Alasannya saat musim panen seperti ini para buruh tani meski tidak punya sawah bisa punya simpanan gabah apalagi sekarang ini musim panen kedua artinya kita harus banyak menyimpan stok gabah dikarnakan musim selanjutnya diselangi oleh penanaman palawija,” tutur salah satu buruh tani Wa Udin (60) saat ditemui labakiNews di Desa Hegarmanah, Kecamatan Bojongpicung, Kamis (2/8/2019).

Sebab, lanjut Wa Udin, sejak turun temurun para buruh tani yang bertugas memanen padi tidak dibayar dengan uang melainkan dengan gabah. Caranya dengan sistem 10:1 artinya 10 kilogram gabah, 1 kilogram dimiliki oleh buruh tani.

“Kalau dibayar pakai gabah lebih menguntungkan, sebab besarannya kan disesuaikan dengan hasil panenan,” terang wa udin.

Dalam sekali panen, Wa Udin biasanya mendapatkan 300 kilogram gabah. Namun hasil segitu tidak dikerjakan sendirian melainkan dikerjakan bersama keluarganya dan cukup menguras tenaga.

Jika dirupiahkan dalam luasan 1 hektare dia bisa memperoleh kurang lebih 2 jutaan. Namun jika padi terancam gagal panen, biasanya para buruh meminta upah.

Menurutnya, cara pembayaran dengan gabah ini dinilai lebih menguntungkan kedua belah pihak. Pihak buruh punya simpanan gabah sedangkan pemilik sawah tidak perlu repot-repot memikirkan biaya upah.

“Apalagi untuk buruh harga kebutuhan pokok terutama beras kan mahal, jika punya gabah sendiri tinggal digiling bisa dimakan sendiri tanpa beli beras lagi,” imbuhnya”

( Rush )

Related Articles

Back to top button