PenaKu.ID – Kakek Yaya Suhendar (64) hidup sebatang kara selama 4 tahun terlunta-lunta dan sekarang terpaksa diam di teras Masjid Jamie Al-Iklas di Kampung Sipon, RT 03/03, Desa Ramasari, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Kakek Yaya Suhendar mengaku hidup sebatang kara karena tidak ada yang mengurus baik istri maupun anaknya. Sudah hampir delapan bulan ia hidup dan tinggal di teras masjid. Untuk makan dan minum pun ia mengandalakan belas kasihan warga sekitar.
Kakek Yaya Suhendar menuturkan awlnya ia hidup rukun bersama istri dan anak-anaknya di Kabupaten Sukabumi dengan usaha berjualan es cincau.
Empat tahun silam ia dan istri berpisah karena keadaan ekonomi dan tak bisa menafkahi sang istri lantaran Yaya mengidap penyakit rabun mata dan diabetes.
“Terpaksa pergi dari rumah tanpa tujuan yang pasti dengan berjalan kaki dengan mengunakan tongkat. Selama di Sukabumi tidur di emper toko kadang di tempat yang sekiranya nyaman untuk berteduh,” kata Kakek Yaya Suhendar kepada awak media, Mingu (12/12/21).
Delapan bulan lalu ia mencoba pulang ke kampung halaman di Haurwangi. Namun, lagi-lagi di tempat ini pun ia sengsara tak mendapat tempat tinggal karena sanak saudara tidak ada. Lalu ia mencoba tinggal di salah satu masjid yang ada di wilayah Kecamatan Haurwangi, namun sayang ia diusir warga setempat.
Kemudian ia kembali beranjak mengikuti kemana kaki melangkah, hingga ia sampai di Masjid Al-Ihklas di Kampung Sipon milik salah satu warga Kota Bandung.
Kakek Yaya Suhendar Bergantung Belas Kasihan
Kesehariannya kini mengumandangkan adzan setiap waktu salat wajib tiba. Ia merasa bersyukur karena pemilik masjid dan warga sekitar tak melarangnya.
Kalau mengenai makan sehari-hari ia hanya mengandalkan belaskasihan warga sekitar, itu pun tak tiap hari dapat makan malah memilih untuk puasa tiap hari.
Namun, untuk urusan makan tak jarang ia pun memilih untuk berpuasa. Ia mengandalkan pemberian dari warga sekitar.
Ia sedikit lega dan terbantu manakala datang salah seorang dermawan yang membantunya.
“Ada salah seorang tokoh masyarakat Desa Haurwangi Rd. Gusti Hella Anantapria, yang biasa di sapa Om Wewel hampir tiap hari memberi makan dan memberi alat untuk menanak nasi.
“Dispenser, kompor berikut tabung gasnya diberi,” ujar Kakek Yaya.
Disinggung menyoal bantuan sosial ia akui belum pernah mendapatkannya. ” Tidak dapat bantuan sosial dari mana pun mungkin karena tidak ada yang mengetahuinya posisi saya sebenarnya,” kata dia.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Desa Haurwangi, Rd. Gusti Hella Anantapria yang akrab disapa Om Wewel mengatakan saat itu Kakek Yaya mendatangi rumahnya karena memang mereka berdua sudah saling mengenal.
Wewel meneruskan mulaya ia kaget saat bertemu sang kakek. Perubahan drastis dari raut wajah Kakek Yaya cukup membuatnya terkejut karena sang kakek sudah tua sekali. Ia pun hampir tak mengenalinya.
Wewel berencana mengusulkan Kakek Yaya kepada aparat setempat agar secepatnya mendapatkan bantuan sosial. Untuk sementara kebutuhan Kakek Yaya ia cover.
“Ke depannya akan diusulkan pada Pemerintah Desa Haurwangi dan Desa Ramasari supaya Kakek Yaya mendapatkan bantuan Sosial untuk makannya sehari-hari,” pungaksnya.
***