Tutup
PenaRagam

Jadi Jurnalis lebih Sulit ketimbang Youtuber

×

Jadi Jurnalis lebih Sulit ketimbang Youtuber

Sebarkan artikel ini
FB IMG 1588415022063
FB IMG 1588415022063
Buka puasa bersama di redaksi laras post dihadiri ketua pwi jaya dan pengurus lainnya. Foto: spesial

Oleh: Drs. Kamsul Hasan, M.H.

PenaKu.ID – Sepekan ini kita, masyarakat pers dihebohkan karena ada sertifikasi pelatihan penulisan jurnalistik. Kalangan wartawan atau jurnalis pun mempertanyakan soal kompetensinya.

Saya termasuk yang ditanyakan, apakah kompetensi itu berlaku untuk kerja jurnalistik ? Pertanyaan ini wajar karena saya Ketua Komisi Kompetensi PWI Pusat dan banyak membuat pelatihan terkait itu.

Pertama saya tidak paham metode yang digunakan pada proses sertifikasi itu. Namun dapat saya pastikan bukan yang dikeluarkan oleh Dewan Pers. Sertifikasi Dewan Pers gunakan klaster muda, madya, dan utama.

Sepanjang pengetahuan saya Dewan Pers memberikan akreditasi kepada 27 lembaga uji. Tidak ada satu pun yang bernama Ruang Guru. Hal ini menambah keyakinan saya bahwa metode uji bukan gunakan babon Dewan Pers.

Pertanyaan berikutnya apakah lembaga uji ini memiliki akreditasi dari lembaga lain ? Jawabnya mungkin saja tetapi dari siapa ?

Sepanjang yang saya pahami dan ikuti, sertifikasi kompetensi wartawan atau jurnalis, domainnya Dewan Pers dan atau Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Namun yang ada sekarang hanya UKW Dewan Pers. Sementara kompetensi BNSP belum tuntas, meski pada akhir 2017 saya pernah mengikuti kegiatan penyusunan ini.

Lebih Baik Jadi Youtuber !

Menjadi wartawan atau jurnalis jauh lebih sulit dibanding menjadi Youtuber. Produk jurnalistik harus dipublikasi pada media berbadan hukum perusahaan pers Indonesia.

Selain memahami cara penulisan, menjadi wartawan atau jurnalis juga harus paham rambu pemberitaan, ada Kode Etik Jurnalistik (KEJ), berbagai pedoman dan rambu hukum. Apakah sertifikasi Ruang Guru memberikan dan menguji ini ?

Semalam saat acara buka puasa bersama pengurus PWI Jaya di Laras Post, kami sempat mendiskusikan juga soal prakerja yang mengikuti program pelatihan jurnalistik.

Mau kerja di mana ? Perusahaan pers sebagian sudah melakukan pensiun dini. Bahkan ada yang sudah tidak memberikan gaji berbulan bulan. Jadi mereka mau diserap di mana ? Itu pertanyaan saya.

Bagi mereka yang sudah diterima pada program ini saya sarankan lebih memilih program menjadi Youtuber atau influencer agar bisa membuka lapangan kerja mandiri.



(Dp)