PenaKu.ID – Sebagai upaya memenuhi kebutuhan listrik warga Arguni Papua Barat, bp Indonesia bersama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan skala mini pembangkit listrik tenaga matahari dan angin dengan kapasitas 42 KWP yang diperuntukan untuk tempat atau fasilitas publik seperti Pustu, Kantor Kepala Kampung, Balai Kampung, Masjid, SDN, Balai Adat, dan fasilitas lainnya.
Guru besar ITB yang terlibat dalam program ini, Prof Acep Purqon mengatakan Pulau Arguni di Kabupaten Fakfak ini memiliki potensi pertumbuhan ekonomi baru.
“Pulau Arguni di kabupaten Fakfak, Papua Barat, merupakan pulau yang menyimpan potensi menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru di Papua Barat, termasuk untuk sektor pariwisata. Namun saat ini pulau Arguni hanya teraliri listrik selama 12 jam pada malam saja,” kata Acep Purqon melalu release yang diterima pada kamis (30/11/23).
Program yang dikolaborasikan ITB bersama bp Indonesia ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kampung Arguni dan Kampung Taver, serta bisa meningkatkan pelayanan sosial.
“Dampak dari program pengembangan renewable energy di Kampung Arguni dan Kampung Taver ini diharapkan dapat memperkuat kegiatan ekonomi produktif dan meningkatkan pelayanan sosial keagamaan, pelayanan pemerintahan dan pelayanan pendidikan,” ujar Acep.
Kerja sama antara perguruan tinggi dan mitra industri ini berhasil pendapat pendanaan Matching Fund Kedaireka 2023 dari DIKTI dengan skema B1 yaitu pemberdayaan masyarakat berjudul “Pengembangan Sustainable Hybrid Green Energy Untuk Pemberdayaan Masyarakat Pulau Arguni Papua Barat.” Program Kedaireka ini diketuai oleh Prof. Acep Purqon.
Tim dari ITB sendiri melibatkan dosen-dosen lintas 3 fakultas dari ITB berupa kolaborasi dari FMIPA, SITH dan SBM.
ITB Beberkan Tantangan
Kerja sama juga melibatkan Politeknik Negeri Fakfak dan komunitas masyarakat lokal yang tantangan terbesarnya adalah aspek sustainability berupa pengembangan SDM dan institusi lokal yang mampu mengelola, mengoperasikan dan melakukan maintenance terhadap pembangkit yang dibangun secara mandiri.
Pulau Arguni mungkin menjadi harapan masa depan Indonesia, ke depannya dimana listrik bersumber dari energi bersih berupa renewable energy (energi baru dan terbarukan) karena potensinya berupa matahari, angin dan tenaga ombak. Juga terkait dengan bagaimana kalau sumber energi ini menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru yang menerapkan circular economy (ekonomi sirkular) dimulai dari energi, pengelolaan sampah zero waste, terus dari waste management ini melahirkan produk berupa feeder berupa pakan untuk peternakan dan pupuk untuk pertanian.
Konsep integrated farming yang mendukung kemandirian dan sustainability. Juga mengakomodir kearifan lokal (lokal wisdom), di mana struktur adat di pulau arguni adalah berupa raja yang disebut baparaja dan 2 wakil raja yang disebut kapitan.
Struktur adat yang bahu membahu dan gotong-royong dan merespon positif kehadiran teknologi yang diharapkan bisa mendukung sustainability dimulai dari sustainable energy.
Indonesia yang mempunyai ribuan pulau mungkin sangat cocok dengan konsep ini. Menyongsong Indonesia masa depan dengan konsep kerjasama pentahelix dari timur yang didukung konsep perpaduan kearifan lokal dan modern sustainability.
***