PenaKu.ID – Ketegangan antara Iran dan Israel memasuki hari keenam dengan gelombang serangan baru yang mengejutkan dunia.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan bahwa negaranya tidak akan pernah menyerah kepada Israel, meski tekanan dan ultimatum terus dilancarkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Pada pidato yang disiarkan televisi, Khamenei menyatakan bahwa serangan hipersonik Iran memberikan pukulan telak kepada musuh:
Ketegasan Khamenei sebagai Pemimpin Iran
Televisi pemerintah Iran melaporkan peluncuran rudal hipersonik Fattah, diikuti oleh pengumuman Korps Garda Revolusi Islam tentang rudal jarak jauh superberat.
Seorang pejabat militer Israel menyebutkan bahwa sejak Jumat lalu, Iran telah menembakkan sekitar 400 rudal balistik dan 1.000 drone.
Sekitar 20 di antaranya mengenai wilayah sipil Israel, menimbulkan kecaman keras dari pemerintah Israel dan kekhawatiran internasional.
Peringatan Tegas Khamenei
Menanggapi pernyataan Trump yang menyerukan Teheran “menyerah tanpa syarat”, Khamenei menolak ultimatum tersebut sebagai “tidak dapat diterima”.
Ia menegaskan bahwa setiap intervensi militer AS akan menimbulkan “kerusakan yang tidak dapat diperbaiki” dan memperingatkan konsekuensi fatal jika Washington nekat campur tangan.
Trump sendiri sempat membangkitkan spekulasi intervensi militer, bahkan mengklaim kesabarannya “telah habis”, namun masih membuka peluang negosiasi.
Meski tekanan meningkat, Iran juga menghadapi gangguan domestik: ledakan dahsyat di Teheran, pemadaman internet hampir total, dan pembatasan ketat untuk membendung “penggunaan yang tidak bersahabat”.
Sementara itu, di panggung internasional, Presiden Rusia Vladimir Putin menyuarakan kemungkinan negosiasi untuk menghentikan pertempuran—menjaga keamanan Israel sekaligus menghormati program nuklir sipil Iran—tanpa tuntutan bantuan militer Moskow.
Dengan situasi yang kian memanas, publik dunia menyaksikan apakah keteguhan Khamenei akan membuka jalan diplomasi baru atau justru memperpanjang konflik berdarah di Timur Tengah.**