PenaKu.ID – Perasaan bahwa kita paling benar dalam hidup, di setiap situasi dan keputusan, adalah resep yang dapat menghancurkan perjalanan hidup.
Keyakinan mutlak pada kebenaran diri sendiri ini seringkali mengarah pada ketidakmauan untuk beradaptasi, yang padahal sangat penting untuk bertahan dan berkembang dalam dunia yang terus berubah. Stagnasi dan konflik adalah konsekuensi langsung dari mentalitas ini.
Stagnasi Akibat Merasa Paling Benar
Sikap merasa paling benar membuat seseorang menolak mempertimbangkan opsi atau pandangan yang berbeda. Dalam dunia profesional yang dinamis, ini berarti kehilangan kesempatan inovasi dan kemajuan.
Dalam kehidupan pribadi, ini bisa berarti konflik berkelanjutan karena kurangnya empati terhadap perasaan dan pandangan pasangan, keluarga, atau teman. Hidup membutuhkan fleksibilitas dan kemauan untuk berkompromi.
Pentingnya Keraguan Diri yang Sehat tanpa Merasa Paling Benar
Justru, memiliki keraguan diri yang sehat dan kemauan untuk menguji asumsi adalah kunci pertumbuhan. Kesediaan untuk mengakui “Saya mungkin salah” membuka pintu untuk perbaikan dan penyelesaian konflik.
Mengambil jarak sejenak dari emosi dan mengevaluasi situasi secara objektif jauh lebih konstruktif daripada mempertahankan kebenaran yang kaku.**









