Tutup
PenaPolitik

Hari Lahir Pancasila Babinsa Kompak Nobar

×

Hari Lahir Pancasila Babinsa Kompak Nobar

Sebarkan artikel ini
IMG 20200601 WA0034
IMG 20200601 WA0034
Babinsa kodim boyolali ikuti peringatan hari lahir pancasila secara daring

PenaKu.ID – Tepat hari ini, tanggal 01 Juni tepatnya pada tahun 1945 pancasila genap berusia 75 tahun, usia yang matang bagi bangsa Indonesia menjadi Negara yang besar dan kuat.

Sedikit mengulas Lahirnya Pancasila adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia : “Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan”) pada tanggal 1 Juni 1945.

Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal “Pancasila” pertama kali dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan “Lahirnya Pancasila” oleh mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.

Dan sejak tahun 2017, tanggal 1 Juni resmi menjadi hari libur nasional untuk memperingati hari “Lahirnya Pancasila”.

BPUPKI mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya selesai tanggal 1 Juni 1945).

Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara.

Rapat pertama ini diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila.

Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad (bahasa Indonesia: “Perwakilan Rakyat”).

Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamakannya “Pancasila”.

Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi Cosakai.

Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut.

Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945.

Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1947, mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila”.

”Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh “Lahirnya Pancasila” ini, akan ternyata bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel yang menjadi dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu Beginsel yang telah meresap dan berurat-berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah keluar dari jiwanya secara spontan, meskipun sidang ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara Jepang. Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-kekang! Selama Fascisme Jepang berkuasa dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut tak pernah dilepaskan oleh Bung Karno, selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya. Mudah-mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pedoman oleh nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan menyempurnakan Kemerdekaan Negara.”
Momen inilah para Babinsa Koramil-koramil naugan Kodim 0724/Boyolali yang berada di wilayah kompak menyelenggarakan Nobar (Nonton Bareng) pidato Kepresidenan untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, upacara peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2020 dilaksanakan dengan mengenakan masker dan dengan cara daring lewat video conference (virtual). Senin (01/06).

Karena lewat video conference secara daring, maka seluruh peserta upacara tidak berada di satu lokasi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, yaitu di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.

Namun, meski lewat video conference, inti peringatan upacara Hari Lahir Pancasila tetap dilaksanakan, di antaranya Pidato Presiden, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan pembacaan doa yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendi.

Kemudian, sesuai aturan protokol upacara, selesai upacara Presiden Jokowi meninggalkan tempat upacara terlebih dahulu, kemudian diikuti peserta yang lain.

Dengan tetap mengindahkan Protokol Covid 19 Peringatan Harlah Pancasila tetap dilaksanakan dari 6 lokasi berbeda. Peringatan Hari Lahir Pancasila dikendalikan dari Gedung Pancasila, Jakarta Pusat.

Peringatan dipusatkan di Istana Presiden di Bogor, Jawa Barat, dan diikuti oleh seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemprov dan Pemkab/Pemkot seluruh Indonesia dan Perwakilan RI di luar negeri.

Dalam Pidatonya Presiden Joko Widodo mengajak seluruh penyelenggara negara untuk berpihak kepada masyarakat yang mengalami kesulitan. Kepala Negara juga meminta penyelenggara negara untuk melayani masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).

“Tidak henti-hentinya saya mengajak seluruh penyelenggara negara dari pusat sampai ke daerah, untuk terus meneguhkan keberpihakan kita kepada masyarakat yang sedang mengalami kesulitan,” ungkap Jokowi.

Presiden sekaligus mengingatkan kewajiban negara untuk melindungi seluruh rakyatnya.

“Untuk melayani masyarakat tanpa membeda-bedakan kelompok, ras dan agama, serta untuk memenuhi kewajiban kita melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,” ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, Jokowi juga menuturkan, nilai-nilai Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dalam kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah.

Didahului pembacaan teks Pancasila oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo, lalu Ketua DPR Puan Maharani yang membacakan teks UUD 1945. Kemudian dilanjutkan amanat Presiden Joko Widodo, sambutan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy serta pembacaan doa.

Upacara peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini digelar dalam durasi kurang dari 30 menit.


Source: ags/penrem
Penulis: ags

Editor: Js