Internasional

Harga Beras di Jepang Melonjak

×

Harga Beras di Jepang Melonjak

Sebarkan artikel ini
Harga Beras di Jepang Melonjak
Harga Beras di Jepang Melonjak/(Pixabay)

PenaKu.ID – Kenaikan harga beras di Jepang mencapai rekor baru dengan lonjakan tahunan 99,2% pada Juni 2025.

Data resmi yang dirilis pada Jumat, 18 Juli 2025, menunjukkan bahwa harga salah satu bahan pokok ini hampir dua kali lipat dalam setahun terakhir.

Promo
Body Rafting

Paket Body Rafting Pangandaran

Serunya petualangan body rafting dengan harga mulai Rp 70.000. Mau!

pangandaranholidays.com

Pesan Sekarang

Kondisi tersebut menambah tekanan hebat kepada Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang tengah bersiap menghadapi pemilu akhir pekan ini di tengah turunnya tingkat dukungan publik akibat tingginya biaya hidup.

Lonjakan Harga Beras di Jepang

Tidak hanya beras yang meroket, harga gandum di Jepang juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 101% pada Mei, setelah sebelumnya naik 98,4% pada April 2025.

Meskipun inflasi inti—yang mengecualikan harga makanan segar—menurun dari 3,7% di Mei menjadi 3,3% di Juni, angka ini tetap berada di atas ekspektasi pasar sebesar 3,4%.

Bila dikalkulasi tanpa memasukkan energi dan makanan segar, laju inflasi malah meningkat menjadi 3,4%, mencerminkan tekanan harga yang masih kuat di sektor non-energi.

Dampak Politik dalam Kenaikan Harga Beras di Jepang

Krisis harga pangan memperburuk posisi politik Ishiba, yang kehilangan mayoritas di majelis rendah Oktober lalu dan kini menghadapi potensi kekalahan di majelis tinggi.

Di tengah tekanan domestik, Ishiba juga harus menghadapi ancaman tarif 25% dari Amerika Serikat mulai 1 Agustus 2025 jika kesepakatan dagang tidak tercapai.

Untuk meredam ketegangan, pemerintah Jepang telah mengirim utusan perdagangannya, Ryosei Akazawa, ke Washington sebanyak tujuh kali, serta dijadwalkan menjamu Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada Jumat ini.

Sumber masalah kenaikan harga beras meliputi gagal panen akibat gelombang panas ekstrem dua tahun lalu, dugaan penimbunan oleh pedagang, dan kepanikan beli menyusul peringatan gempa yang tidak terjadi.

Sebagai langkah penanggulangan, pemerintah akhirnya merilis cadangan beras darurat sejak Februari—langkah yang umumnya ditempuh hanya saat bencana nasional.**