Tutup
PenaPendidikan

H. Totong: Biaya Swab Rapid Test Hanya Menambah Susah Orang Tua Siswa

×

H. Totong: Biaya Swab Rapid Test Hanya Menambah Susah Orang Tua Siswa

Sebarkan artikel ini
Tokoh Pendidikan Kab. Bandung, H. Totong Samsudin
Tokoh Pendidikan Kab. Bandung, H. Totong Samsudin
Tokoh Pendidikan Kab. Bandung, H. Totong Samsudin
Tokoh Pendidikan Kab. Bandung, H. Totong Samsudin

Wartawan: Al Fattah

PENAKU.ID | Kab. Bandung — Adanya informasi mengenai akan dilaksanakan Swab Rapid Test untuk siswa/siswi Sekolah dengan beban biaya Rp800-900 ribu perorang, dikatakan tokoh pendidikan Kabupaten Bandung yang juga anggota DPRD dari Fraksi Golkar, H. Totong Samsudin, hanya akan membuat tambah susah orang tua siswa di masa pandemi Covid-19 ini.

Totong menambahkan, untuk apa dilakukan Rapid Test kalau siswanya tidak bisa masuk sekolah. Hal itu, menurutnya, hanya akan menambah kesulitan saja bagi orang tua siswa karena beban biaya yang besar itu.

“Ini perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum mulai dilaksanakan. Dengan melihat perekonomian keluarga siswa bersangkutan, apakah mereka mampu untuk membayar atau sebaliknya,” katanya diruang fraksi, Selasa (13/10/2020).

Belum lagi masalah belajar daring yang dikemukakannya kurang optimal di dalam pelaksanaannya. Mengingat kendala yang dihadapi siswa adalah kuota juga kesiapan orang tua dalam mendampingi anaknya belajar.

Perlu digarisbawahi, lanjutnya, tidak semua siswa mempunyai gadget atau HP android. Demikian juga guru tidak mengetahui apakah siswa dirumah benar-benar belajar atau sibuk bermain di luar.

“Secara psikologis peranan guru sangat dominan dalam membentuk karakter siswa apabila dilakukan pembelajaran secara tatap muka,” ujarnya.

Tapi karena terhalang pandemi covid-19, pembelajaran dilakukan secara daring, yang dirasakan Totong, tidak optimal dan kurang tepat sasaran.

Lalu sekarang ditambah lagi dengan akan dilaksanakannya Swab Test Rapid, ungkapnya, jelas hal itu hanya membuat kesusahan orang tua siswa jadi bertambah.

“Selesaikan dulu satu masalah, selanjutnya baru rencanakan program lain, yang kalau bisa digratiskan alias tanpa biaya,” pungkasnya.