Pendidikan

Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu Lahirkan Karya

×

Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu Lahirkan Karya

Sebarkan artikel ini
Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu Dibangun Semangat Gilang
Buku Terjeda Dalam Hidup Tak Hidup, karya seluruh pegiat literasi SMPN 1 Gununghalu (foto : istimewa).

PenaKu.ID – Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu terwujud berkat semangat membara seorang Gilang untuk memajukan generasi yang cerdas dan gemar membaca.

Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis setidaknya dalam satu bahasa. Dalam dunia pendidikan tak akan berhasil tanpa dibarengi dengan pelaksanaan literasi di sekolah.

Promo
Body Rafting

Paket Body Rafting Pangandaran

Serunya petualangan body rafting dengan harga mulai Rp 70.000. Mau!

pangandaranholidays.com

Pesan Sekarang

Minimnya kegiatan literasi di sekolah membuat seorang pengajar di SMP Negeri 1 Gununghalu, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat yakni, Gilang Rusmawan (30) berfikir keras untuk mencari solusi agar Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu dapat terwujud.

Mirisnya lagi, ketika ada sejumlah pelajar yang datang ke perpustakaan lalu dihujani beberapa perundungan kutu buku oleh para siswa atau siswi lainnya.

Oleh sebab itu, Gilang memikirkan jalan keluar dari masalah minimnya literasi di sekolah tersebut. Menurutnya, dalam penyelenggaraan pendidikan tak akan berhasil tanpa dibarengi dengan pelaksanaan prinsip belajar, budaya belajar dan metode yang baik.

“Serta memotivasi siswa agar mempunyai mimpi yang lebih baik. Jadi saya meyakini jika sekolah menjalankan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) maka pendidikan akan berjalan dengan baik,” ujarnya saat dihubungi Jum’at, (5/11).

Pria asli asal Rongga itu memaparkan, Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu itu dimulai pada tahun 2018 yang lalu. Tepatnya, pada saat festival West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC).

Namun pada saat itu, sekolah yang diajarnya itu tidak ikut serta lantaran tak terdaftar dalam festival tersebut. Dari situlah dirinya terus mempelajari kegiatan literasi dan sebagainya.

“Dari situlah saya terbakar semangat untuk mengibarkan bendera literasi di sekolah kami,” ucapnya.

Ia memaparkan, strategi pertama Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu dengann mengadakan bazar buku secara interen dengan menggunakan buku hasil karya siswa yang tanpa penerbit dan lainnya.

“Anak melipat 15 kertas HVS dibagi menjadi dua lipatan. Kemudian, disampul dan saya tugaskan untuk membuat cerita fantasi hasil karya mereka sendiri,” paparnya.

“Kebetulan pada waktu itu materi yang saya pelajaran kepada mereka itu adalah tentang cerita fantasi. Lalu setiap kelas saya tugas untuk membuat jadwal buku tersebut dibilang berhasil sih menarik minat,” ujarnya.

Pasalnya, setelah itu banyak siswa dari berbagai kelas yang datang ke stand dan memilih buku word cerita fantasi untuk membacanya hingga habis.

“Kemudian mereka akan memuliskan kesan dan pesan tentang buku cerita fantasi serta standnya ke papan komentar yang sudah didisiapkan,” ujarnya.

Selain itu, Gilang pun mengadakan program membaca selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan menggunakan buku non mata pelajaran.

Ia menambahkan, pihaknya pun menggandeng petugas perpustakaan untuk memberikan sedikit penghargaan bagi setiap pengunjung yang rajin meminjam dan membaca buku di sana.

“Setelah itu membuat beberapa pojok baca di lingkungan sekolah senyaman mungkin dan dibubuhi buku cerita fiksi dan non fiksi yang disukai oleh para siswa,” tambahnya.

“Membuat saung baca, pojok baca di setiap ruangan kelas, sederhana namun penuh makna. Lalu mengadakan redaton atau membaca maraton setiap hari selasa yang dikenal dengan SAMARA (Salasa Maca Rame-rame),” paparnya.

Ia menilai, respon dari seluruh jajaran sekolah termasuk siswa terhadap Gerakan Literasi Sekolah (GLS) itu tergantung dari dirinya masing-masing.

“Ada yang ikut serta dan pasti mendukung, ada juga yang cuek saja dan itu pasti ada di setiap sekolah manapun,” katanya.

Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu Bangkit

Ia mengungkapkan, pihaknya sangat bersyukur lantaran Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu itu mendapatkan hasil yang sangat luar biasa. Meskipun sempat gagal dalam festival Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB) pada tahun 2018.

“Kami mengikutinya tapi kami gagal pada waktu itu, karena tidak semua pembimbing tidak serius mengarahkan siswa yang dibimbingnya. Kemudian, menular sepertinya ke seluruh peserta hingga akhirnya kita gagal,” ungkapnya

Tak ingin terulang, pihaknya mencoba mengikut kemabli festival Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB) pada tahun 2019 dengan semangat untuk meraih predikat terbaik.

“Alhamdulillah, kita mendapat predikat sekolah inspiratif dan penampilan terbaik pertama. Karena dari sekolah kami menampilkan Tim Tari Ratih jaro,” ucapnya.

Pada tahun 2020, pihaknya masih mengikuti Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB) hingga melahirkan sebuah buku yang berjudul Terjeda Dalam Hidup Tak Hidup karya seluruh pegiat literasi SMP Negeri 1 Gununghalu.

“Kami juga lolos tantangan kembali menjadi sekolah inspiratif. Tahun ini pun kami kembali mengikuti TMBB dengan tema literasi digital, jadi intinya semangat ngonten untuk berjuang menjadi sekolah inovatif,” tuturnya.

Selain dari tantangan membaca, pihaknya membuat refieuw, video dan mengupload ke platform sekolah.

“Baik itu literasi baca tulis, nomerasi, literasi sains, literasi financial, literasi digital dan literasi budaya,” ujarnya.

Ia menilai, dari enam dasar literasi yang diusung oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Republik Indonesia dirinya paling terkendala pada poin keempat yaitu literasi financial.

“Point keempat paling berkendala itu adalah financial. Karena memang itu sangat penting, kita membutuhkan buku untuk literasi. Setidaknya harus ada buku cerita baru agar siswa tidak jenuh,” ucapnya.

Gilang pun berharap semoga saja ke depan ada sebagian anggaran dari Pemkab Bandung Barat untuk membiayai seluruh kegiatan literasi yang ada di sekolah.

“Untuk Gerakan Literasi SMPN 1 Gununghalu semoga ke depan semakin maju, berkembang dan jaya lagi. Agar bendera literasi di sekolah kami tetap berkibar,” pungkasnya.

**