PenaKu.ID – Situasi di Jalur Gaza kembali memanas setelah militer Israel memperluas operasi darat hingga ke jantung Kota Gaza. Reuters melaporkan, pasukan darat yang didukung tank dan serangan udara bergerak menembus kawasan padat penduduk, bersamaan dengan perintah evakuasi besar-besaran ke arah selatan.
Serangan terbaru itu memicu gelombang pengungsian baru. Data dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mencatat, ribuan warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka di tengah kondisi pangan dan medis yang semakin kritis.
Sementara itu, Associated Press menyoroti laporan investigasi dari komisi independen bentukan PBB. Temuan tersebut menyebut adanya indikasi kuat bahwa sebagian tindakan militer Israel dapat memenuhi unsur genosida sebagaimana diatur dalam Konvensi 1948. Pemerintah Israel membantah keras tuduhan itu dan menegaskan operasinya hanya menargetkan kelompok bersenjata Hamas.
Desakan Gencatan Senjata di Gaza
Krisis kemanusiaan kian memburuk. Badan-badan internasional seperti WHO dan UNRWA memperingatkan runtuhnya layanan dasar. Sejumlah rumah sakit dilaporkan berhenti beroperasi karena kekurangan listrik, obat-obatan, dan kerusakan infrastruktur.
Sementara itu, kelangkaan pangan semakin parah. Data terbaru Integrated Food Security Phase Classification (IPC) bahkan menunjukkan sebagian wilayah Gaza telah mencapai level “famine” atau kelaparan ekstrem.
Di tengah situasi tersebut, tekanan global terhadap Israel terus meningkat. Seruan gencatan senjata menguat dari berbagai negara, termasuk beberapa pemerintahan di Eropa dan Amerika Latin yang mulai meninjau ulang dukungan militernya. Namun hingga kini, upaya diplomasi internasional masih belum mampu menghasilkan langkah konkret untuk menghentikan pertempuran.**
