PenaKu.ID – Flu pilek identik akan terinfeksi virus corona (COVID-19) dengan disertai suhu tubuh pun mengalami kenaikan seperti demam dan meriang.
Belakangan ini ditambah cuaca memasuki pancaroba, pastinya peralihan musim ini pun tak lekang dengan berbagai jenis penyakit yang menjangkit masyarakat.
Penyakit musim pancaroba umumnya biasa terjadi seperti flu, pilek, batuk, diare hingga demam berdarah. Hal ini menyerupai dengan gejala COVID-19, batuk, pilek dan deman tinggi.
Bahkan, usia anak di bawah umur lebih rentan terserang penyakit tersebut kala memasuki pancaroba.
Flu Pilek saat Pancaroba dan Pandemi COVID-19
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Cimahi Romi Abdurakhman mengatakan masyarakat harus waspada akan peralihan musim ini, ditambah maraknya juga pandemi virus corona. Hal ini menandakan agar pola hidup harus semakin disiplin dan menjalankan protokol kesehatan.
“Dalam musim pancaroba itu biasanya flu, DBD. Yang perlu diperhatikan lagi flu itu gejalanya sama, nularnya sama. Ditambah cuacanya gini. Berarti harus ekstra waspada,” kata Romi, Rabu (07/7/21).
Romi mengimbau bagi masyarakat yang mengalami gejala flu hingga pilek apalagi dirasakan di tengah mobilitas yang cukup tinggi agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Karena, ungkap Romi, sulit untuk membedakan apakah flu yang dialami merupakan pertanda terkena virus corona atau tidak. Untuk membuktikannya, tentunya harus melalui pengetesan.
“Minimal rapid test antigen. Kalau misalnya reaktif, jangan panik dulu. Jangan tertutup, kita harus terbuka karena COVID-19 bukan aib,” terang Romi.
Langkah berikutnya jika hasil tes menunjukan positif, Romi menyarankan agar segera melakukan tracing (pelacakan) terhadap anggota keluarga. Karena, COVID-19 pada umumnya lebih mudah menyerang terhadap orang yang memiliki penyakit bawan.
Maka, hal simple menurutnya di musim pancaroba dan pandemi virus corona ialah dengan menjaga prokes dan nutrisi yang cukup bagi kekebalan tubuh.
“Hal sederhana, jangan kondisi, istirahat yang cukup ditambah multivitamin. Kita harus jaga diri saat pancaroba,” tutup Romi.
Terpisah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung menjelaskan musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada akhir Juni atau awal Juli.
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan musim kemarau bakal terjadi hingga satu hingga dua bulan ke depan.
“Untuk wilayah Bandung Raya sudah memasuki musim kemarau pada akhir Juni dan puncaknya di Agustus-September. Kami akan terus melakukan monitoring dan pemutakhiran informasi terkait dengan puncak musim kemarau di Bandung Raya,” kata dia.
“Awal Musim kemarau di wilayah Bandung Raya mundur sebanyak 2 hingga 3 dasarian dari normalnya,” imbuh Teguh.
Teguh menjelaskan sejumlah penyebab terjadinya kemunduran awal musim kemarau. Di antaranya masih tingginya tingkat kelembapan di wilayah Jawa Barat yang diakibatkan oleh beberapa fenomena meteorologis baik yang sifatnya global maupun regional.
“Ketiga faktor tersebut menyebabkan tingkat kelembapan di wilayah Bandung Raya tetap tinggi, sehingga mendorong aktivitas konvektif yang menyebabkan tumbuhnya awan hujan (Cb) sehingga tingkat curah hujan tetap tergolong tinggi,” beber Teguh.
Ia menghimabau, agar masyarakat tidak percaya akan informasi hoaks, dan selalu mencari informasi kebencanaan melalui informasi resmi yang dikeluarkan dari pihak yang berhubungan langsung dengan kejadian bencana.
*Rep/penulis: Badja
**Editor: Dws