PenaKu.ID – Korea Selatan resmi akan buat era batu bara berakhir? Dogye akan ditutup mulai 1 Juli 2025.
Penutupan ini menandai akhir historis bagi industri batu bara publik di negara yang pernah sangat bergantung pada “energi hitam” untuk memulihkan ekonomi pasca-Perang Korea.
Sejak tahun 1960-an, tambang-tambang seperti Dogye di Samcheok, Provinsi Gangwon, membawa gelombang kemakmuran bagi kelas pekerja dan menjadi simbol bangkitnya perekonomian nasional.
Masa Keemasan dan Transformasi Energi Membuat Era Batu Bara Berakhir
Pada era 1960–70-an, kebijakan pro‑tambang melalui Undang‑Undang 1961 membuka jalan bagi operasi skala besar.
Pada 1966, batu bara menyumbang 45,7 % dari energi primer negeri ini, menggantikan kayu bakar yang makin menipis akibat deforestasi perang.
Briket “yeontan” dari batu bara menjadi penopang hangat keluarga Korea selama musim dingin hingga 1980-an, meski selalu dibayang‑bayangi risiko keracunan karbon monoksida.
Produksi domestik menanjak hingga mencapai puncak 24,2 juta ton pada 1988. Namun, mulai akhir 1980-an pemerintah gencar mendatangkan gas alam cair ke Seoul (1987) dan meluncurkan restrukturisasi besar pada 1989.
Akibatnya, antara 1989–1996 sebanyak 334 tambang tutup, dan permintaan batu bara merosot dari 24,2 menjadi 10,7 juta ton pada 1992.
Pergeseran ke Energi Ramah Lingkungan Buat Era Batu Bara Berakhir
Kini, kekosongan yang ditinggalkan Dogye akan digantikan oleh dorongan kuat menuju energi bersih dan nuklir.
Sejak 2007 batu bara masih menjadi sumber listrik utama, tetapi tahun lalu tenaga nuklir mengungguli dengan 31,7 % pangsa produksi listrik, sedangkan batu bara domestik—terutama antrasit yang kurang efisien—hanya menyumbang 28,1 %.
Sebagian besar pembangkit batu bara pun bergantung pada batubara bitumen impor dengan efisiensi lebih tinggi.
Menutup Dogye menjadi bagian dari komitmen Korea Selatan mengurangi emisi karbon dan memenuhi target iklim global. Keberlanjutan energi juga mencakup investasi dalam tenaga surya, angin, serta pengembangan teknologi penyimpanan baterai.
Sementara itu, sumber daya manusia di tambang – dengan rata‑rata usia 55 tahun – akan memasuki masa pensiun, menandai pula “pensiun” massal generasi yang pernah menghidupkan mesin‑mesin pertambangan.
Penutupan Tambang Batu Bara Dogye pada 1 Juli 2025 bukan sekadar berakhirnya satu lokasi produksi, melainkan babak baru bagi Korea Selatan dalam bertransformasi dari ekonomi energi fosil menuju era energi hijau.
Meskipun nostalgia masa lampau akan terus dikenang lewat cerita “uang beterbangan” di panggung bar miner, semangat inovasi dan keberlanjutan akan menjadi nyawa baru perekonomian nasional.**