Tutup
PenaReligi

Empat Agama Di Kota Bandung, Dampak Covid 19 Stop Lakukan Ibadah Di Rumah Saja

×

Empat Agama Di Kota Bandung, Dampak Covid 19 Stop Lakukan Ibadah Di Rumah Saja

Sebarkan artikel ini
IMG 20200424 050215
IMG 20200424 050215
FKUB kota Bandung Rapat bersama Pemuka Agama Se Kota Bandung

PenaKu.ID – Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Bandung dalam jumpa pers di Kantor MUI Kota Bandung, Jln. Sadang Serang, Kamis (23/4/2020), menyatakan kesepakatan untuk melakukan ibadah di rumah selama wabah Covid-19.*

Wabah Covid-19 telah berdampak pada seluruh lini kehidupan, termasuk juga kehidupan beragama. Seluruh umat beragama di Kota Bandung kini diimbau untuk beribadah dari rumah.

Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Bandung pun menjembatani arahan itu kepada seluruh pemuka agama. Tak hanya Islam sebagai agama mayoritas di Kota Bandung, namun pemeluk agama lain pun mematuhi arahan tersebut.

“Sejak awal kita sudah mengimbau supaya menaati keputusan pemerintah tentang penanganan menghadapi Covid-19 dan mereka pada intinya menaati,” ujar perwakilan FKUB Kota Bandung, Tjutju Sahrum saat menggelar jumpa pers di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung, Jalan Sadang Serang, Bandung, Kamis (23/4/2020).

Tjutju menjelaskan, berbagai kegiatan keagamaan di tempat ibadah dihentikan menyusul terbitnya Surat Edaran Wali Kota Bandung tentang Penanganan Covid-19.

“Gereja yang biasanya melaksanakan kebaktian, berkumpul orang banyak juga tidak menyelenggarakan kebaktian. Protestan, Hindu, Konghuchu pun sama,” tuturnya.

Hal itu diamini oleh I Nyoman, perwakilan umat Hindu yang seharusnya merayakan Nyepi pada 25 Maret 2020, mengalihkan pelaksanaan persembahyangan sehari sebelum Nyepi yang seharusnya di pura, menjadi di rumah.

“Sejak tanggal 24 Maret seharusnya ada persembahyangan menjelang hari raya Nyepi. Itu harusnya dihadiri oleh sekitar 3.000 umat Hindu yang ada di Kota Bandung terpusat di Pura Wira Satya Dharma Batalyon Zipur IX Ujungberung. Tetapi hanya diwakili oleh 10 orang, sisanya melaksanakan sembahyang di rumah masing-masing,” jelas I Nyoman.

Tak hanya itu, persembahyangan sehari-hari umat Hindu pun sudah tidak lagi dilakukan di pura-pura. Saat ini, upacara keagamaan dilakukan hanya oleh perwakilan umat.

“Ada (upacara) bulan mati namanya Tilem di Hindu, bulan penuh purnama. Itu juga dilaksanakan di rumah masing-masing, hanya untuk di pura diwakili oleh kurang lebih 10 orang. Terutama orang-orang yang ada di sekitar Batalyon Zipur IX Ujungberung,” imbuhnya.

Hal senada dilakukan oleh umat Konghucu. Para pemuka agama telah mengimbau umat Konghucu untuk menaati aturan pemerintah soal bagaimana menjaga agar pandemi ini bisa segera usai.

“Umat Konghucu telah diimbau bahwa segala sesuatunya harus dimulai dari diri kita sendiri, memberi teladan kepada keluarga, tetangga dan lingkungan kita untuk mematuhi apa yang disampaikan pemerintah,” terangnya

“Dengan menjalankan itu kita tidak cuma membantu meringankan pemerintah, tetapi juga akan membantu paramedis agar mereka lebih ringan,” imbuhnya.

Ia pun berharap semoga wabah ini bisa segera reda, dan aktivitas beribadah bisa dilakukan seperti sedia kala.

“Kami harap dan sama-sama berdoa semoga Covid-19 cepat berlalu dan kita bisa saling bersilaturahmi lebih akrab lagi,” ucapnya.

Ims/Hms