Internasional

Derita di Perbatasan Rafah: Mengapa Ribuan Ton Bantuan untuk Gaza Tertahan?

×

Derita di Perbatasan Rafah: Mengapa Ribuan Ton Bantuan untuk Gaza Tertahan?

Sebarkan artikel ini
Derita di Perbatasan Rafah: Mengapa Ribuan Ton Bantuan untuk Gaza Tertahan?
Derita di Perbatasan Rafah: Mengapa Ribuan Ton Bantuan untuk Gaza Tertahan?/(instagram)

PenaKu.ID – Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza mencapai titik kritis. Di perbatasan Rafah, pemandangan ratusan truk bantuan yang mengantre di bawah terik matahari gurun Mesir menjadi simbol keputusasaan.

Bantuan yang sangat dibutuhkan, mulai dari makanan hingga obat-obatan, tertahan selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Sementara itu, laporan PBB mengonfirmasi bahwa kelaparan telah melanda wilayah Palestina setelah konflik berkepanjangan.

Meskipun dunia internasional menyerukan percepatan pengiriman, hanya sebagian kecil truk yang diizinkan masuk oleh otoritas Israel setiap harinya. Proses yang lambat ini memperburuk kondisi jutaan warga Gaza yang berjuang tanpa akses memadai terhadap air bersih, pasokan medis, dan makanan.

Organisasi kemanusiaan menyuarakan frustrasi mereka atas birokrasi yang rumit dan penolakan yang sering kali tidak dapat diprediksi.

Alasan Tak Masuk Akal di Balik Penolakan Bantuan Gaza

Ironisnya, alasan penolakan sering kali terdengar sepele namun berakibat fatal.

Menurut para pekerja kemanusiaan di lapangan, barang-barang dapat ditolak hanya karena masalah kecil pada kemasan, seperti palet yang miring atau plastik pembungkus yang dianggap kurang rapi.

Bahkan, barang-barang yang terbuat dari logam, seperti komponen toilet portabel atau kursi roda, kerap ditolak dengan dalih dapat disalahgunakan untuk tujuan militer.

Amande Bazerolle dari Médecins Sans Frontières (MSF) menyoroti bagaimana peralatan medis vital, termasuk brankar perawatan intensif, dibiarkan rusak di perbatasan. Penolakan juga terjadi pada pengiriman obat-obatan esensial.

WHO melaporkan bahwa obat sederhana seperti ibuprofen butuh waktu seminggu untuk bisa masuk, sementara insulin harus diangkut dengan truk biasa karena kontainer berpendingin dilarang melintas.

Dampak Kemanusiaan dan Tuduhan Kelaparan Sistematis di Gaza

Akibat dari hambatan ini sangat mengerikan. Pasokan medis di rumah sakit Gaza menipis dengan cepat. Stok yang seharusnya cukup untuk tiga hingga lima bulan habis hanya dalam dua bulan.

Pasien berisiko kehilangan anggota tubuh karena peralatan bedah dasar seperti fiksator eksternal untuk merawat tulang patah tidak bisa masuk. Keterlambatan ini secara langsung menyebabkan hilangnya nyawa.

Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, menyebut situasi ini sebagai “kelaparan yang direkayasa,” dengan lebih dari 5.000 truk masih menunggu izin masuk.

Meskipun COGAT, badan pertahanan Israel, membantah tuduhan pemblokiran dan mengklaim telah memfasilitasi ratusan truk, laporan dari lapangan menunjukkan gambaran yang sangat berbeda.

Bagi para sopir yang terjebak dan relawan yang tak kenal lelah, penantian ini adalah saksi bisu dari tragedi kemanusiaan yang terus berlanjut.**