PenaKu.ID – Perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus meningkat pesat. Hampir di setiap kota, kita dapat menemukan kantor bank syariah beserta ATM-nya.
Namun, pengetahuan masyarakat mengenai produk keuangan syariah, termasuk deposito berjangka syariah, masih terbatas.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apa bedanya deposito berjangka di bank syariah dengan deposito di bank umum? Artikel ini akan mengulas perbedaan tersebut dengan detail.
Secara definisi, deposito berjangka syariah mirip dengan deposito di bank umum. Nasabah menyimpan dana dengan jangka waktu tertentu dan hanya bisa menariknya setelah jatuh tempo.
Imbal Hasil Bank Syariah
Nasabah juga mendapatkan imbal hasil atas simpanan tersebut. Namun, yang membedakan adalah sistem pemberian imbal hasil:
- Deposito Bank Umum: Imbal hasil berupa bunga dengan persentase tetap, terlepas dari laba atau rugi bank.
- Deposito Bank Syariah: Imbal hasil berasal dari skema bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, di mana laba dibagi sesuai porsi yang disepakati, dengan prinsip “keuntungan muncul bersama risiko.”
Pada bank syariah, sistem bagi hasil menghitung imbalan berdasarkan laba yang diperoleh bank dalam periode tertentu. Jika bank memperoleh laba lebih besar, imbal hasil untuk nasabah juga meningkat.
Sebaliknya, jika laba menurun, imbal hasil nasabah ikut berkurang. Sistem ini mencerminkan transparansi dan prinsip adil dalam pembagian keuntungan.
Apa Lagi Keuntungan Deposito di Bank Syariah ?
Sebagai perbandingan, pada bank umum, bunga deposito tetap diberikan meskipun laba bank menurun.
Hal ini sering dianggap tidak adil bagi nasabah peminjam dana, karena bunga kredit tetap tinggi bahkan di saat kondisi ekonomi sulit.
Deposito berjangka syariah menawarkan sistem yang lebih adil melalui skema bagi hasil. Produk ini cocok bagi mereka yang ingin berinvestasi sesuai prinsip syariah dan mendukung keuangan yang beretika.
Dengan transparansi tinggi dan pembagian risiko yang seimbang, deposito di bank syariah menjadi pilihan menarik di tengah maraknya produk keuangan konvensional.
**
